nakita.id. Finger food sejatinya adalah camilan, yaitu kudapan di antara waktu makan. Finger food dapat diberikan pada bayi di usia 7-9 bulan. Alasannya, di usia ini bayi sudah siap makan sendiri. Tanda-tanda sudah siap makan sendiri terlihat, bayi dapat meraih benda yang diberikan dengan kedua tangannya, mampu menjumput benda-benda kecil di sekitarnya dengan ibu jari dan telunjuknya, dan memiliki kemampuan untuk memindahkan benda yang lebih besar dari tangan satu ke tangan lain. Motorik halusnya sudah terlatih, pun ia mulai mengembangkan koordinasinya yang baik antara mata, tangan, dan otaknya. Bila si kecil telah menguasai kemampuan ini maka ia siap untuk belajar makan sendiri.
Tanda lain si kecil siap makan sendiri adalah mulai senang memasukkan apa saja ke mulutnya dan mulai menunjuk sambil meminta makanan yang sedang Mama makan. Selain itu, pertumbuhan gigi-giginya juga membuat si kecil memiliki rasa ingin mengunyah atau menggigit sesuatu di mulutnya.
BAGIAN TONGGAK PERKEMBANGAN
Ketika si kecil sudah siap makan sendiri, ia boleh mengonsumsi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Mulai yang teksturnya lembut, hingga padat nantinya di usia 1 tahun. Di antara proses ini, ada yang disebut finger food. Terkadang disebut sebagai camilan karena memang diberikan di antara waktu makan besar. Karena si kecil belum menguasai cara memegang sendok dengan benar sampai berusia 2 tahun, memperkenalkannya dengan finger food adalah cara yang baik baginya untuk belajar makan sendiri. Bayi juga sudah mampu duduk dengan baik, sehingga risiko tersedak dapat dihindari.Belajar untuk makan sendiri adalah salah satu tahap penting atau tonggak sejarah bayi dalam satu tahun pertamanya. Selain berguling, duduk, berjalan dan berbicara, belajar makan sendiri berperan dalam mengembangkan kemandirian dan rasa percaya dirinya. Ibu pun dapat mengambil istirahat, dengan tidak perlu selalu menyuapinya.
Fungsi utama camilan adalah memberikan gizi tambahan. Oleh sebab itu, nilai gizi finger food hendaknya tidak melebihi 30% nilai gizi yang harus dipenuhi dalam satu hari. Untuk bayi 6-8 bulan nilai gizi finger food per harinya kurang lebih 165 Kalori. Nilai gizi ini kurang lebih setara dengan 1 keping biskuit atau 2 batang wortel yang disiram dengan saus susu. Pilihan lain, nilai gizi 1 buah pisang ambon ukuran sedang seberat kurang lebih 50 g memiliki nilai gizi 40 kalori yang dipotong kecil-kecil. Sepotong pepaya berukuran sedang seberat 100 g juga memiliki nilai gizi 40 kalori. Memasuki usia 9-12 bulan, nilai gizi finger food bisa mencapai kurang lebih 195 kalori per hari.
Baca juga: 6 Jenis Buah Pertama Untuk MPASI
Ahli gizi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., Guru Besar Pangan dan Gizi - Institut Pertanian Bogor memberikan rincian, aneka manfaat pemberian finger food, yaitu;
- Belajar makan sendiri. Memegang dan memasukkan makanan sendiri ke dalam mulut adalah salah satu cara belajar bagi si kecil untuk makan sendiri. Kelak ini akan menumbuhkan rasa percaya diri bayi bahwa ia mampu melakukan aktivitas makan sendiri, tak perlu disuapi lagi.
- Memulai makanan padat pertama. Pemberian finger food juga dapat digolongkan melatih pemberian MPASI. Hanya saja bentuknya lebih khusus yakni yang dapat dijimpit atau digenggam oleh tangan bayi.
- Merangsang motorik halus si bayi. Ketika bayi memegang finger food dengan jari jemarinya, dilanjutkan dengan menyorongkannya ke dalam mulut, sebenarnya sudah tergolong memberikan rangsangan untuk perkembangan motorik halus bayi. Khususnya refleks memegang.
- Merangsang pertumbuhan gigi. Umumnya menjelang tumbuh gigi, bayi akan mengalami rasa gatal di gusi. Pemberian finger food dapat merangsang pertumbuhan gigi, sekaligus mengurangi rasa gatal yang timbul karena umumnya finger food memiliki tekstur.
- Eksplorasi cita rasa. Pemberian finger food juga dapat dijadikan sebagai media untuk mengenalkan beragam rasa makanan pada bayi. Sehingga kelak anak dapat menyukai beragam makanan dengan beraneka rasa. Risiko menjadi picky eater (suka pilih-pilih makanan) dapat dihindari.
Meski demikian, Ibu tetap harus menemani si kecil saat menikmati camilannya. Selain, untuk menumbuhkan ikatan ibu-anak, Ibu juga juga bisa melihat respons atau reaksi si kecil kala memakannya. Apakah potongannya terlalu besar sehingga ia kesulitan menjimpit, sukakah ia dengan rasanya, apakah porsinya cukup atau kurang, serta bagaimana proses melakukannya.
Kalau suasana berantakan dan kotor karena makanan tertumpah, jangan panik. Lebih baik mengantisipasinya dengan memberikan celemek makan agar bajunya tidak kotor. Lalu, agar tidak repot, di bawah kursi makannya dapat diletakkan alas plastik atau koran bekas, sehingga nantinya selesai makan, dengan mudah kita dapat membersihkan lantai.
Sediakan waktu yang cukup lama karena si kecil kerap menjadikan makanan sebagai bahan mainan. Ada yang dijimpit lalu langsung di makan. Ada yang dipencet-pencet dulu baru di makan. Si kecil senang mengeksplorasi makanannya. Biarkan saja. (*)
Penulis | : | Sri Haryati |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR