Nakita.id - Berjalan dan terjatuh adalah beberapa bagian dari proses tumbuh kembang anak.
Untuk dapat mencapai taraf berjalan, anak harus melalui beberapa proses tumbuh kembangnya.
Mulai tengkurap, terlentang, duduk, dan merangkak, berdiri dengan bantuan, berjalan dengan merambat, serta akhirnya berjalan tanpa bantuan sama sekali.
Baca Juga : Jangan Anggap Sepele Anak Terjatuh, Chelsea Olivia Bisa Dijadikan Contoh
Selama beberapa proses tersebut, anak mungkin saja terjatuh karena masih belajar mengembangkan keseimbangan tubuh dan kemampuan ototnya.
Keseimbangan ini adalah proses yang rumit karena dikelola oleh sinyal antara otak, telinga, mata, sendi, dan bagian tubuh lainnya.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Tanggapan Dokter Reisa Tentang Memotong Bulu Mata Bayi Agar Lentik
Meski wajar terjadi tetapi Moms tetap harus mewaspadai kecenderungan anak sering jatuh ketika usianya sudah cukup besar.
Dalam beberapa kasus, hal itu bisa menjadi salah satu tanda gangguan tumbuh kembang anak.
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 130 balita berusia 12-19 bulan menemukan bahwa balita rata-rata jatuh 17 kali per jam dan balita yang baru belajar jalan akan jatuh 69 kali per jam.
Saat terjatuh mereka mungkin akan menangis karena respons dalam tubuhnya yang merasakan sakit.
Sebaiknya segera lakukan pemeriksaan pada dokter bila anak sering jatuh dan menunjukan beberapa gejala lainnya seperti:
Baca Juga : BPOM: Ini Daftar Produk Kosmetik Berbahaya, Ada Merek Terkenal Juga!
- Kehilangan kesadaran
- Mengantuk
- Muntah
- Mengeluarkan banyak darah
- Rewel
- Pupil mata membesar
- Kesulitan bernapas
- Kejang
- Bingung atau linglung
- Patah tulang
- Lemas
- Mengeluarkan cairan bening dari telinga atau hidung
- Mengeluh sakit kepala
Menurut dr. Richardus Herman Waluya, SpA, ada beberapa kemungkinan gangguan yang menyebabkan anak sering jatuh.
Kematangan saraf terganggu
Akibat susunan otak, saraf perifer, dan sensorik yang terganggu, terjadilah kesulitan berpikir, merencanakan, lalu memproses informasi dan mengeksekusinya dalam bentuk gerak. Hal ini disebut motor dyspraxia atau ceroboh (clumsy).
Sejak bayi, dispraksia motor dapat dilihat salah satunya dari keterlambatan mencapai tonggak perkembangan, seperti terlambat berguling, merangkak, dan berjalan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Sejumlah Manfaat dan Efek Samping Aloe Vera
Sedangkan di usia batita atau prasekolah, mereka tampak kesulitan ketika mengayuh pedal sepeda roda tiga atau melakukan kegiatan fisik seperti naik tangga, berlari, dan melompat jika dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.
Pada saat berjalan, mereka juga cenderung lebih cepat/sering jatuh dibandingkan anak lain yang normal.
Kelainan pada bentuk kaki
Kaki adalah fondasi yang menyangga tubuh. Pada saat berdiri, tulang paha, lutut ke bawah, dan engkel harus berada pada posisi lurus.
Pada tungkai bawah kaki anak terjadi pertumbuhan dan perkembangan di mana ada perputaran atau rotasi sampai usia 6-7 tahun.
Jika lewat usia tersebut anak masih suka jatuh, maka perlu diduga ada kelainan pada anatomi kaki.
Beberapa kelainan pada anatomi kaki antara lain kaki datar (seluruh bagian telapak menempel di tanah), kaki O atau X, atau berjalan jinjit.
Anak dengan kaki datar biasanya tidak bisa berjalan lama, cepat letih, dan sakit pada kaki karena fungsi peredam telapak kaki tidak berfungsi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Penyebab Perut Kencang Di Setiap Trimester Kehamilan
Kebiasaan duduk posisi W
Ada juga penyebab anak sering jatuh atau berjalan tidak stabil akibat kebiasaan duduk dengan bersila posisi W seperti orang Jepang bersila.
Pada saat berdiri, jempol kaki menghadap ke dalam dan lututnya membentuk X.
Hal ini yang disebut dengan in-toeing gait yakni berjalan dengan jari kaki-kaki mengarah ke dalam yang seharusnya jari kaki saat berjalan lurus ke depan atau ke luar.
Pada anak dengan masalah in-toeing gait (atau sering disebut pengkor), anak terjatuh karena tersandung kaki sebelahnya saat melangkah dengan cepat.
Jika sangat mengganggu, sebaiknya segera bawa anak ke klinik tumbuh kembang untuk mendapatkan rehabilitasi.
Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan dapat juga menjadi salah satu alasan anak sering jatuh.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Bentuk kelainan penglihatan bisa kelainan refraksi (rabun jauh atau rabun dekat atau keduanya), kelainan retina (fungsi sel-sel penglihatan), kelainan lensa mata (kekeruhan/katarak), atau kelainan kornea.
Kelainan yang lain bisa berupa juling atau tidak kesesuaian otot mata.
Anak sering jatuh juga bisa terjadi lantaran gangguan lain seperti cerebral palsy, kelainan metabolik, kelainan kromosom, dan lainnya.(*)
Source | : | Tabloid Nakita,babygaga.com,veipd.org |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR