Kegemaran anak berdandan ini pun merupakan momen yang pas untuk menerangkan tujuan seseorang berdandan. Agar tampak rapi, serasi, bersih, dan wangi sehingga banyak orang yang menyukainya, misal. Namun perlu ditekankan, berdandan seperti mengoles lipstik, memakai blush on, eye shadow dan lain sebagainya, baru boleh dilakukan anak jika sudah dewasa. Di usianya sekarang ini, boleh-boleh saja namun lebih untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi, berpakaian rapi, menggunting kuku, menggosok gigi, memakai bedak seperlunya, keramas dengan sampo, dan lainnya.
Jelaskan pula masalah maskulinitas dan feminitas soal berdandan ini, terutama pada si Buyung. Berdandan dengan memakai lipstik, eye shadow, maskara, hanya dilakukan oleh wanita sedangkan laki-laki tidak. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami anak saat menjelaskan. Contoh, “Laki-laki tidak pake make-up supaya anak laki tetap kelihatan gagah, tidak berubah menjadi mirip perempuan.” Contohkan cara berdandan ala laki-laki. Misal dengan meminta ayah untuk mencukur jenggot di depan anak dengan menggunakan after shave lotion. Dengan begitu si Buyung akan paham bagaimana seharusnya laki-laki berdandan.
Toh, jika si Buyung ingin mencoba-coba, seperti memakai selop atau memakai baju ibu, silakan saja. Biar ia merasakan sendiri bagaimana mengenakan pakaian yang bukan miliknya. Begitu juga sebaliknya terhadap si Upik. Sewaktu ia ingin memakai celana ayah, biarkan saja ia mencobanya. Selama dijelaskan jika pakaian-pakaian itu bukan untuk anak lelaki melainkan untuk anak perempuan, atau sebaliknya, si kecil akan mempunyai konsep dasar berpikir akan feminitas dan masukulinitas. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan dari aktivitas berdandan ini.
KOMENTAR