Nakita.id – Kehadiran anak di kehidupan pasangan suami istri merupakan anugerah yang patut disyukuri dan dijaga.
Anak menjadi generasi penerus keluarga, tempat orangtua berharap agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang pintar, sehat, dan berguna bagi nusa bangsa kelak.
Sebagai orangtua, biasanya akan menunjukkan naluri untuk menjaga dan menyayangi anaknya.
Salah satu bentuk kasih sayang orangtua untuk anaknya adalah mencium anaknya.
Baca Juga : Tradisi Pernikahan Unik dari Berbagai Dunia, Artis Bollywood Aishwarya Rai Juga Melakukannya!
Selain bentuk kasih sayang, ciuman dari orang tua ke anak biasanya merupakan ekspresi gemas karena anak-anak kecil pada dasarnya adalah anak yang lucu.
Baik itu mencium kaki kecil mereka, jari mereka yang mungil, pipi atau bibir, hampir semua hal tentang anak-anak membuat Moms dan Dads ingin menciumnya.
Sederet artis berikut sering membagikan potret mencium bibir anaknya adalah Aishwarya Rai, Joseph Lee, Jessica Iskandar, Gading Marten, Ahmad Dhani, dan masih banyak lagi.
Bagi sebagian orang mencium bibir anak bukanlah hal yang aneh.
Mencium bibir anak merupakan ekspresi rasa kasih sayang yang dianggap wajar bagi sebagian orang.
Namun, beberapa pihak justru menganggap bahwa mencium bibir anak bukanlah hal pantas, terlebih untuk anak yang sudah beranjak remaja.
Lalu, bagaimana pendapat ahli?
Pro kontra para ahli tentang orangtua yang mencium bibir anaknya
Ternyata, ada ahli yang tidak setuju apabila orangtua mencium bibir anaknya yang sudah berusia di atas 5 tahun, meski dengan alasan gemas dengan sang anak.
Menurut Dr. Charlotte Reznick, associate clinical professor bidang psikologi di University of California Los Angeles, kesadaran seksual diawali sejak usia lima tahun.
Baca Juga : Ayah Jessica Iskandar Ungkap Kebohongan Ludwig Saat Meninggalkan Anaknya
“Ciuman di bibir bisa memberikan rangsangan bagi anak usia ini. Jadi, itu akan membingungkan. Jika ibu mencium ayah di bibir dan sebaliknya, apa artinya ketika aku, seorang anak perempuan atau laki-laki, mencium orangtuaku di bibir? Jika saya harus menjawab kapan harus berhenti mencium anak di bibirnya, (jawabannya) sekarang.”
Masa anak-anak merupakan masa belajar dan masih lugu-lugunya.
Ketika orangtua terlalu banyak melakukan kontak fisik dengan anak, seperti mencium bibirnya, maka anak akan berpikir bahwa itu adalah hal wajar yang dilakukan setiap orang.
Padahal, masa anak-anak merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan seks.
Orangtua sebaiknya secara terbuka menjelaskan mengenai seks agar anak mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
Mengapa harus di masa anak-anak?
Sebab, pada usia ini perkembangan otak anak sangat pesat mencapai 80% sehingga dinamakan “masa emas”.
Hasil pendidikan yang ditanamkan (selama sesuai dengan perkembangannya) akan lebih merasuk pada jiwa dan terekam kuat pada ingatan anak.
Begitu juga dengan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi sejak dini. Penyampaian yang wajar, jujur, dan sederhana, serta menggunakan bahasa yang mereka pahami, akan membentuk konsep diri anak yang positif.
Anak juga bisa melindungi kesehatan diri serta menjaga diri dari ancaman kekerasan seksual.
Sebaiknya, anak diberi pengetahuan bahwa orang asing tidak diperbolehkan untuk menyentuh area organ vital, memeluk, bahkan menciumnya.
Orangtua juga sebaiknya mulai menghindari kontak fisik yang terlalu dekat dengan anak agar anak paham bahwa mencium bibir merupakan hal yang bisa memberikan rangsangan dan sebaiknya tidak dilakukan anak-anak.
Namun, pendapat lain diutarakan oleh para pakar Yahoo Parenting.
Para pakar di Yahoo Parenting mengatakan bahwa ciuman hanyalah sebuah ciuman.
Orangtua yang ingin mencium anaknya di bibir tak perlu membesar-besarkan kecemasannya, kecuali anak sudah tak lagi mau menerimanya.
“Orangtua dan anak terhubung dengan sendirinya. Jika salah satu merasa aneh dicium di bibir, maka itulah saatnya untuk berhenti. Tak masalah,” jelas konsultan Proactive Parenting, Sharon Silver.
“Kita terlatih untuk mewaspadai penganiayaan seksual di sekitar kita, namun sentuhan non seksual yang terjadi antara orangtua dan anak, normal saja.”
Baca Juga : Bella Saphira Jadi Istri Sekretaris Menteri, Penampilannya di HUT TNI Penuh Kharisma
Mencium anak di bibir biasa dilakukan di banyak negara. Bagi banyak keluarga, hal ini sekadar merupakan kebiasaan yang sudah berjalan turun-temurun.
Banyak juga keluarga yang tidak menjalankan kebiasaan ini karena merasa orangtua tidak semestinya mencium anak di bibir.
Atau, banyak yang awalnya merasa risih melihat gaya ciuman seperti ini, namun setelah memiliki anak sendiri ternyata tidak merasakan hal tersebut sebagai sesuatu yang janggal.
Pada dasarnya, orangtua perlu mengekspresikan kasih sayang pada anak karena hal ini memberikan dampak jangka panjang.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Epidemiology and Community Health mengungkapkan bahwa anak-anak dengan ibu yang penuh kasih sayang akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tabah dan tidak mudah cemas.
Penyakit berbahaya yang bisa timbul karena mencium bibir bayi
Moms, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mencium bibir bayi bukanlah masalah karena bayi belum bisa menerima rangsangan seksual.
Namun, ternyata mencium bibir bayi bisa menyebabkan beberapa penyakit berbahaya lo, Moms!
Apa saja penyakit yang bisa ditimbulkan? Berikut ulasannya dikutip dari feedytv.com.
1. Terkena virus herpes simplex
Dilansir dari feedytv, baru-baru ini, sepasang suami istri mengungkapkan jika bayi mereka yang berumur satu bulan meninggal setelah terkena herpes simplex dari seorang kerabat yang mencium bibir bayinya.
Kerabat itu mungkin tidak menyadari keberadaan virus tersebut.
Virus ini biasanya menyebabkan luka dingin, meskipun tidak fatal pada orang dewasa, tetapi bisa menular dengan mudah melewati mulut.
2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Bayi merupakan makhluk kecil yang masih membutuhkan banyak perlindungan.
Bayi cenderung tidak dapat bertahan dari infeksi virus (yang mengakibatkan meningitis contohnya) meskipun telah dilakukan diagnosis sejak dini.
Hal ini disebabkan sistem kekebalan bayi masih lemah dan sedang pada tahap perkembangan.
Meskipun kolostrum dalam ASI kaya akan antibodi, namun ternyata tidak cukup untuk membuat sistem kekebalan tubuh bayi untuk berkembang secara sempurna.
Sistem kekebalan yang kuat pada bayi membutuhkan waktu untuk berkembang.
Sebelum bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat, ia harus ditangani dengan sangat hati-hati dalam tindakan apapun, termasuk mencium bayi.
Sebab, dengan mencium bibir bayi dapat menyebabkan infeksi dan melemahkan kekebalan tubuh mereka.
3. Bisa merusak gigi bayi
Ahli gigi anak menyebutkan bahwa mencium bibir anak-anak yang belum memiliki gigi secara sempurna berisiko merusak gigi dan jaringan gusi.
Menurut Dr Richard Marques, dokter gigi selebriti di Wimpole Street Dental, gigi bayi tidak mampu melawan efek bakteri yang merusak, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.
Dr Marques mengatakan kepada Independent.co.uk, "Gigi bayi memiliki jenis enamel dan dentin yang berbeda dengan gigi orang dewasa," ujarnya.
"Emailnya jauh lebih tipis pada gigi bayi, tidak sekuat email dewasa sehingga lebih cenderung membusuk," tambahnya.
Menurut dokter tersebut, mencium bibir anak bisa berisiko menularkan bakteri jahat yang merusak gigi, calon gigi, dan gusi, "Karena hal ini dapat menyebarkan bakteri (seperti streptococcus mutans) dari orang dewasa ke anak."
Baca Juga : Maia Estianty Curhat Tentang Suami, Edric Tjandra Sebut Maia Sudah Bersuami, Kapan Menikahnya?
"Bakteri tersebut bisa menyebabkan pembusukan gigi bayi"
"Bahkan bisa mempengaruhi jaringan lunak dan gusi sebelum gigi bayi tumbuh," kata dokter tersebut.
Menurut Dr Marques, anak-anak dapat menangkap virus dari kita termasuk flu dan virus seperti sariawan yang disebabkan oleh herpes simplex virus-1 (HSV-1).
Dia juga menyarankan Moms dan Dads untuk tidak berbagi alat makan dengan anak mereka, meniup makanan mereka, atau menciumnya di bibir.
"Bawa anak-anak ke dokter gigi secara teratur (mereka bisa pergi ke dokter gigi sejak enam bulan ketika gigi pertama tumbuh)," tambahnya lagi.
"Pada usia dua sampai tiga tahun mereka harus menghadiri dokter gigi setiap enam bulan untuk memeriksa rongga (dan memeriksa seberapa baik gigi mereka berkembang)," tutupnya.
4. Alergi makanan
Alergi makanan biasa terjadi pada siapa saja, termasuk bayi.
Beberapa jenis makanan yang bisa menyebabkan alergi untuk beberapa orang adalah makanan laut dan kacang-kacangan, seperti kacang tanah atau kacang mete.
Satu-satunya makanan bayi selama 6 bulan pertama adalah ASI atau susu formula, namun hampir tidak cukup untuk mengukur alerginya.
Sementara itu, air liur orang dewasa mengandung partikel makanan yang telah mereka makan.
Jika itu makanan seperti kacang, misalnya, maka komponennya terus berlama-lama di dalam mulut, terkadang masih menempel bahkan setelah menggosok gigi.
Ketika orang dewasa mencium bayi di bibir, maka air liur mereka dapat memicu alergi, yang juga bisa berakibat fatal.
5. Reaksi kimia
Ketika bayi baru lahir, tentu banyak tamu yang ingin melihat dan menjenguknya.
Dan, pada tamu perempuan biasanya akan memakai make up.
Nah, saat tamu tersebut mencium bayi Moms dan Dads, beberapa bahan kimia dalam kosmetik, seperti lipstik, dapat menempel di kulit dan bibir bayi, yang nantinya dapat memicu reaksi alergi terhadap bahan kimia.
6. Infeksi perut
Sistem pencernaan bayi hanya bisa memproses susu atau susu formula hingga 6 bulan.
Bahkan setelah itu, belum sepenuhnya berkembang.
Pada tahap seperti itu, jika bayi tidak sengaja terinfeksi air liur orang dewasa, maka dapat menyebabkan infeksi perut.
Jika hal ini terjadi, bayi bisa muntah atau diare berlebihan, yang bisa membuatnya kekurangan cairan.
7. Tidak adanya vaksinasi
Meskipun bayi yang baru lahir divaksinasi untuk penyakit kuning dan infeksi awal, vaksin mungkin memerlukan beberapa dosis untuk sepenuhnya efektif.
Tanpa vaksinasi, kemungkinan bayi akan tertular penyakit melalui kontak manusia secara langsung dan ini bisa berakibat fatal.
Itulah dia Moms pro kontra orangtua mencium bibir anak dan risiko kesehatan yang mungkin didapat bila anak bayi dicium bibirnya.
Source | : | Tabloid Nakita,Health,independent,jurnal.csdforum.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR