Nakita.id - Kabar tentang seorang mahasiswa asal Taiwan meninggal akibat kebiasaan konsumsi mi instan membuat publik terhenyak.
Memang, kepastian penyebab meninggalnya mahasiswa itu masih perlu didalami lebih lanjut.
Sebab, penyebab munculnya kanker sangat banyak.
Tidak hanya dari makanan tapi juga gaya hidup seperti merokok, polusi, dan sebagainya.
Belum faktor keturunan yang berpengaruh pada munculnya kanker.
Hanya saja, mi instan sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu sering.
Tapi, hal itu tampaknya sulit diwujudkan.
Pasalnya mie instan sering menjadi alternatif makanan seseorang ketika lapar di keadaan terdesak.
Aromanya yang kuat selalu membuat orang tergoda untuk melahapnya.
Berdasarkan laporan World Instan Noodles Association 2017 lalu menyatakan Indonesia salah satu negara pengonsumsi mie instan terbanyak setelah China.
Baca Juga : Indro Warkop Bawa 3 Bunga Spesial Ini ke Makam Sang Istri Setelah 7 Hari, Kenapa?
Melansir dari healthline.com, mie instan memiliki kandungan monosodium glutamat (MSG) yang bisa membahayakan kesehatan otak.
Jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi mie instan bisa mengakibatkan gejala seperti sakit kepala, mati rasa di beberapa bagian tubuh hingga kesemutan.
Selain itu, mie instan juga tinggi lemak, kalori, sodium, pewarna buatan, pengawet, zat aditif, perasa dan justru rendah nutrisi.
Dokter umum dan kepala unit gawat darurat Rumah Sakit Madan Mohan Malviya, India, Dr. Sunil Sharma juga mengatakan mengonsumsi mi instan terlalu sering membahaykan bagi kesehatan karena mengandung bahan-bahan tersebut.
Bukan hanya memicu kanker dan obesitas, mi instan bisa juga menyebabkan diabetes, tekanan darah tinggi, hipertensi dan masalah jantung.
Meski begitu sebenarnya boleh saja seseorang mengonsumsi mi instan asalkan mengubah cara memasak dan hidangannya.
Baca Juga : Angel Lelga Minta Keluarga Vicky Prasetyo Introspeksi Diri dan Jangan Kriminal!
Dalam menghidangkannya, ada baiknya jangan memakan mi instan begitu saja sebagai menu utama.
Melansir dari Kompas.com, menurut Guru Besar Bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Endang L. Achadi, mengurangi konsumsi mi instan memang sangat dianjurkan, tetapi mi instan juga bisa menjadi makanan yang sehat.
Caranya dengan menambah bahan-bahan pangan lain ketika memasak agar melengkapi kandungan gizi yang tidak ada atau kurang di dalam mie instan.
Endang mengatakan bahwa karbohidrat yang tinggi dalam mie tidak bisa mencukupi kebutuhan nutrisi lain dalam tubuh.
Karena itu, agar kandungan gizi dan nutrisi ada di dalam semangkuk mi, perlu dilengkapi bahan lain, seperti daging ayam, sapi, ikan, tempe atau tahu.
Apalagi jika menambahkan sayur di dalam mie instan yang justru menambah tingkat vitamin dan mineral.
Baca Juga : Kejanggalan Pengakuan Hilda Vitria Hingga Hotman Paris Ingin Bantu Kriss Hatta Balas Dendam!
Sebenarnya cara menghidangkan mi instan dengan menambah bahan pelengkap seperti ayam, telur dan sayuran sudah tertera dalam bungkusnya.
Walau tidak tertulis, gambar semangkuk mi instan yang ada di bagian depan bungkus sudah memberikan contoh cara menghindangkan yang benar.
Karena itu tak ada salahnya menyajikan mi instan sama persis dengan contoh gambar yang ada di bungkusnya.
Meski begitu, konsumsi mie instan terlalu sering dengan cara memasakan dan hidangan yang benar tetap harus dibatasi.
Sebab jika terlalu sering dikonsumsi, bahan pengawet dan garam yang terkandung dalam mi instan sangat berbahaya.
Ada baiknya untuk mengganti bumbu-bumbu yang ada di dalam kemasan mi instan dengan bahan alami di dapur.
Source | : | Healthline,nakita,kompas |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR