Tabloid-nakita.com - Papa boleh lupa hari ulang tahun sendiri atau belum tahu bahwa di Indonesia sudah diresmikan Hari Ayah Nasional. Tapi, Papa tidak boleh lupa hari ulang tahun Mama dan yang sebentar lagi datang: Hari Ibu, 22 Desember, karena #ibuperempuanistimewa.
Simak hasil riset dari Universitas Cornell di New York yang dikutip cbsnews.com ini: Ibu lebih stres saat mengasuh anak dibandingkan ayah. Mengapa? Karena hampir semua tugas rumah tangga dan pengasuhan anak dilakukan ibu, sehingga ibu lebih banyak tegang, sering kurang tidur, dan cuma punya sedikit waktu luang untuk dirinya sendiri. Bandingkan dengan ayah yang lebih banyak waktu luang. Kalaupun sedang bersama anak, ayah lebih banyak menghabiskannya dengan bermain.
Baca juga: Riset : Ketimbang Ayah, Ibu Lebih Stres saat Mengasuh Anak. Ini Alasan yang Tak Terduga
Sekarang, paham, kan, mengapa istri akan sangat senang kalau diperhatikan dan diperlakukan sedikit lebih istimewa di Hari Ibu. Hanya saja, perempuan sering gengsi untuk mengatakannya, karena itu sama saja dengan romantisme hasil rekayasa sendiri. Tidak datang dari hati Papa. Seandainya, Papa menjadikan Hari Ibu sebagai tanggal penting, sama seperti hari ulang tahun dan hari pernikahan, sudah pasti cintanya akan bertambah. Mau?
Psssst…masih ada lagi hal-hal yang mama ingin Papa tahu, tapi karena gengsi atau alasan lain, mama menahan untuk tidak mengatakannya. Ini dia yang utama:
1. Pahami bahwa ia tak ingin mengurus rumah dan anak sendirian. Jadi, jangan bertanya apakah ia butuh bantuan, langsung saja lakukan. Ia ingin Papa jadi partnernya, bukan cuma tukang bantu-bantu. Riset yang dikutip di atas sudah jelas menyatakan, para ibu jauh lebih stres saat mengasuh anak dan mengurus rumah, jadi jelas ia membutuhkan Papa untuk sama-sama melakukannya. Apalagi kalau mama juga bekerja di luar rumah.
2. Pahami bahwa seorang ibu sulit mematikan refleks keibuannya. Mama mengerti kalau Papa kadang cemburu karena ia lebih sibuk dengan anak kesayangan. Namun, refleks keibuan selalu muncul manakala si kecil meminta perhatian darinya. Lagi pula bukan cuma keinginan Papa yang ia nomorduakan, karena ia sendiri bahkan menomortigakan atau menomorsepuluhkan keinginannya. Jadi, meskipun sangat penting untuk memiliki waktu berdua saja dengan istri, lebih baik pahami bahwa ia pun harus bergulat untuk membagi perhatian dan energinya untuk Papa. Jangan pernah berpikir bahwa refleks keibuannya adalah suatu bentuk penolakan.
3. Pahami bahwa istri selalu butuh merasa dihargai. Meskipun usia pernikahan tidak lagi seumur jagung, dan Papa bukan termasuk tipe romantis, istri mana pun ingin merasa dicintai dan dihargai oleh suaminya. Usaha, dong, dengan melalui macam-macam cara. Pelukan, kecupan, kata-kata yang menyenangkan, atau perhatian kecil yang mungkin kesannya sepele akan menjadi kekuatan bagi seorang istri. Jika Papa tidak merasa hal itu penting, dalam hatinya mungkin istri merasa tidak dianggap, dan bahkan berpikir jauh bahwa Papa tak mencintainya lagi seperti dulu, sehingga pernikahan kalian terasa kering.
4. Pahami bahwa setiap istri sensitif terhadap perempuan lain dan terhadap potensi persaingan. Hati-hati Papa kalau bicara tentang nilai plus perempuan lain di hadapan istri, meskipun isinya di luar konteks kecantikan atau bentuk tubuh aduhai, seperti, “Dia itu pekerja keras, lo” atau “Dia itu punya anak yang lucu banget, deh,” buat istri pujian seperti itu sama saja dengan membandingkan bahwa ia bukan pekerja keras atau bukan ibu yang bisa melahirkan anak yang lucu. Perasaan terbuang ini akan semakin parah jika di tengah “kekeringan” hubungan suami-istri, Papa terkesan sangat menikmati pertemanan atau berada satu tim dengan perempuan lain. Bagaimanapun, setiap istri ingin menjadi yang nomor satu di mata suami, dalam hal apapun.
5. Pahami bahwa istri ingin didengar. Ya, didengar dan dimengerti, bukan didengar lalu dikomentari, “Begitu aja, kok, bingung, sih?” Asal tahu saja, itulah cara perempuan mencari dukungan dari pasangan. Baginya, dukungan itu merupakan bentuk perhatian atas dedikasinya sebagai istri. Jadi, alih-alih memintanya untuk jangan kelewat khawatir, lebih baik tawarkan solusi praktis bersama-sama untuk mengurangi kecemasannya. Dengan begitu, istri merasa Papa peduli.
Nah, itulah hal-hal yang Mama ingin Papa tahu, tetapi ogah mengungkapkannya. Bagaimana Pa? Apakah sudah lebih paham isi hati istri masing-masing? Dengan mengerti dan memenuhinya, Papa akan langsung naik kelas di mata Mama, dan pastinya Papa akan tambah dicintai. Yes…, kita tak akan pernah terlalu tua untuk jadi lebih romantis terhadap istri, bukan? Sebab, #ibuperempuanistimewa.