Ing Ngarsa Sung Tuladha, Pola Asuh Ki Hadjar Dewantara yang Efektif Diterapkan di Masa Kini

By Maharani Wibowo, Sabtu, 4 Februari 2017 | 05:45 WIB
Mengasuh anak dengan memberi contoh akan lebih efektif. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Ibu tentu mengenal bapak pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Jasa-jasa pahlawan nasional ini pada dunia pendidikan negeri ini sangat besar. Sayangnya di era modern seperti sekarang tak banyak orangtua yang mengetahui, ternyata pola asuh Ki Hadjar Dewantara sungguh efektif jika diterapkan di masa kini.

Tentu Ibu mengetahui semboyan milik Ki Hadjar Dewantara yang masih sering didengungkan. Salah satunya yakni "Ing Ngarsa Sung Tuladha". Versi lengkapnya ada kelanjutannya, yaitu Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Jangan hanya dikenang, pahami juga makna semboyan ini. Ternyata kalimat tersebut amat efektif diterapkan bagi anak usia 0-5 tahun, lho. Berikut fakta menarik seputar pola asuh Ki Hadjar Dewantara  ini.

1. Dari berbagai sumber yang dirangkum oleh Nakita.id, Ing Ngarsa Sung Tuladha berasal dari Bahasa Jawa yang, jika diterjemahkan, maknanya sangat super. Ing berarti Di, sementara Ngarsa berarti Depan, Sung sama dengan Jadi, dan Tuladha berarti Contoh atau Panutan. Jika disambung maka artinya adalah Di Depan Menjadi Contoh atau Panutan (Semboyan berikutnya bermakna "Di Tengah Memberi Semangat, Di Belakang Memberi Dorongan").

2. Anjuran untuk memberi contoh bisa diterapkan pada balita. Di usia bawah lima tahun, anak akan meniru perilaku orang di sekitarnya, terutama sekali orangtuanya. Bukan hal yang aneh lagi kan, ketika anak menghabiskan waktu lebih banyak dengan pengasuhnya karena orangtuanya sibuk bekerja. Jangan sampai anak lebih banyak meniru perilaku pengasuhnya daripada ayah ibunya. Karena itu, luangkan waktu sebanyak-banyak dengan si kecil begitu sampai di rumah, dan jadikan diri ayah dan ibu contoh yang baik bagi si kecil.

3. Memberi contoh lebih baik daripada sekadar menyampaikan perintah atau larangan. Ketika Ibu melarang anak bermain gadget, tapi Ibu sendiri sibuk meng-update status sepanjang hari, otomatis anak akan melihat bahwa main gadget sebenarnya tidak masalah. Kalau tidak mau anak buang sampah sembarangan, Ibu juga harus selalu membuang sampah pada tempatnya.

4. Semboyan ini bisa membuat para orangtua tersadar untuk berhati-hati dalam bersikap. Tentu jika ingin jadi panutan, para orangtua harus bisa berperilaku positif, seperti berkata sopan, mengucap tolong dan terima kasih, berbagi makanan pada orang lain, memberi salam dan menyapa guru atau orangtua lain, dan sebagainya. Karena itu sebelum berusaha membuat anak menjadi baik, terlebih dahulu perbaiki diri Ibu agar anak mengikuti.

5. Memberi contoh juga tidak hanya berlaku saat Ibu ingin mendisiplinkan anak. Menularkan kebiasaan atau kesukaan pada budaya, misalnya, bisa dilakukan dengan memberi contoh. Ibu ingin si kecil kelak menjadi anak yang cinta budaya. Jangan hanya membelikan anak tiket nonton teater lalu menyuruhnya menonton bersama teman-temannya. Ajaklah seluruh anggota keluarga nonton bersama. Saat masih kecil, anak mungkin akan menolak atau tidak menyukainya. Namun perlahan, kebiasaan ini akan tertanam dalam diri mereka sehingga kelak tanpa sadar mereka akan menyukainya.

Luar biasa pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pahlawan nasional yang visioner ini ternyata mewarisi orangtua agar lebih baik lagi dalam mengasuh anak-anak mereka. Mulai sekarang, praktikkan pola asuh Ki Hadjar Dewantara untuk mencetak anak-anak yang santun dan beradab di masa depan.