Nakita.id - Memiliki kehamilan yang sehat adalah modal utama agar kelak anak bisa lahir dengan baik dan proses tumbuh kembangnya juga bisa optimal. Sayangnya, beberapa gangguan bisa terjadi pada ibu yang sedang hamil, seperti mengalami diabetes pada kehamilan.
Menurut sebuah studi, diabetes saat hamil dapat memengaruhi produksi ASI setelah anak dilahirkan nanti. Sarah Riddle dari Center for Breastfeeding Medicine, Cincinnati Children’s Hospital Medical Center, AS, mendiagnosis bahwa diabetes selama masa kehamilan atau diabetes gestasional dapat berisiko menghambat produksi ASI kelak.
“Penelitian lebih lanjut mengenai diet sehat ibu hamil penting untuk dilakukan sehingga permasalahan produksi ASI terhambat tidak terjadi,” ujar Riddle.
Studi yang dilakukan pada lebih dari 600 perempuan menemukan bahwa 16% wanita dengan produksi ASI yang sangat kurang, sebagian besar karena mengalami diabetes saat hamil. Seperti yang dilansir dari Boldsky, ibu hamil yang mengidap diabetes dengan kadar gula darah tinggi juga bisa mengalami permasalahan lain seperti berat badan bayi berlebihan saat lahir, kelahiran prematur, kadar gula rendah pada bayi, serta risiko diabetes tipe 2 pada bayi.
Penelitian selanjutnya yang telah dipublikasikan dalam jurnal Breastfeeding Medicine menganjurkan para ibu hamil untuk lebih mengontrol asupannya, terutama pada makanan dan minuman manis. Dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan catatan medis pada 641 wanita yang mengunjungi Center for Breastfeeding Medicine tahun 2011-2013, menemukan produksi ASI pada ibu yang mengidap diabetes saat hamil lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak.
Selain makanan dan minuman manis, konsumsi kentang juga sebaiknya dibatasi saat hamil. Menurut studi yang diterbitkan oleh jurnal BMJ, terlalu banyak mengonsumsi kentang juga dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami diabetes gestational.
“Konsumsi terlalu banyak kentang saat hamil akan meningkatkan risiko diabetes gestational. Untuk itu, ibu hamil perlu mengurangi konsumsi kentang jika ingin menghindari penyakit ini,” jelas Dr Cuilin Zhang dari National Institutes of Health pada New York Times.