Hidup dengan Satu Gaji, Bagaimana Cara Mengatur Keuangannya?

By Dini Felicitas, Sabtu, 18 Maret 2017 | 08:00 WIB
Bagaimana mengatur keuangan untuk rumah tangga dengan satu gaji? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Entah karena di-PHK, ingin istirahat dulu dari dunia kerja, atau ingin fokus mengurus anak, banyak perempuan yang memutuskan untuk berhenti bekerja setelah melahirkan atau setelah anak mulai sekolah. Tidak semua perempuan berani membuat keputusan ini. Bagaimana tidak, jika semula Ibu punya penghasilan sendiri dan masih bisa menggunakan gaji suami untuk memenuhi kebutuhan hidup, sekarang Ibu harus menggantungkan hidup sepenuhnya dari gaji suami. Padahal, biaya hidup justru meningkat dengan kehadiran anak.

Baca: Ini Trik Mudah Untuk Menghemat Uang Belanja Bulanan

Di satu sisi, Ibu senang karena bisa fokus mengurus anak yang sedang butuh perhatian. Di sisi lain, Ibu ragu karena sekarang hidup hanya dengan satu gaji. Bisakah Ibu mencukupkan semua kebutuhan hidup dengan gaji suami saja? Masih bisakah Ibu menikmati hidup jika sudah tak punya penghasilan pribadi? Bolehkah Ibu menikmati "me time" padahal tak punya uang sendiri?

Dengan perencanaan yang matang dan perhitungan yang tepat, Ibu bisa kok mengubah gaya hidup dari dua gaji menjadi hidup dengan satu sumber penghasilan, demikian menurut Denise Topolnicki, penulis buku How to Raise a Family on Less Than Two Incomes (Broadway Books, 2001). Menjalankan rumah tangga dengan satu gaji memang membutuhkan beberapa pengorbanan. Tetapi jika Ibu bisa mengelola gaji suami dengan baik (bukankah Ibu adalah bendahara rumah tangga?), Ibu tak akan merasa kehilangan apa yang Ibu anggap penting dalam hidup Ibu, kok.

Yang juga perlu Ibu ketahui, dengan pengorbanan yang akan Ibu lakukan, perasaan yang akan Ibu dapatkan dengan tinggal di rumah menemani anak-anak itu sangat berharga. Tidak akan ada ruginya memilih menemani anak tumbuh besar. Tetapi jika Ibu merasa tidak sanggup menjalani rumah tangga dengan satu gaji, coba pertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan. Mungkin bisa membuka usaha kecil-kecilan, menjadi agen produk kosmetik, memanfaatkan kemampuan Ibu berbahasa asing untuk menerima terjemahan, dan lain sebagainya.

Baca: Perlengkapan Bayi, Beli atau Sewa?

Selain itu, jika Ibu sudah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, maka ibu harus menemukan cara agar hal itu bisa terwujud. Tetapi, jangan merasa terpaksa. Jika pikiran untuk tinggal di rumah saja dengan anak selama lima tahun ke depan membuat Ibu tidak bahagia, sebaiknya Ibu memutuskan untuk kembali bekerja. Bagaimana pun, anak-anak lebih senang memiliki ibu dan ayah yang hanya bisa menemani setiap malam dan pada akhir minggu tetapi selalu bahagia, daripada mempunyai ibu yang selalu ada di rumah tapi tidak bahagia.

Nah, sekarang, bagaimana cara mengatur keuangan jika hidup dengan satu gaji?

1. Hindari iming-iming bahasa marketing. Hindari godaan membeli barang dalam paket yang diberi label "Beli 2 dapat 1", atau "Diskon hingga 50%", atau bahasa marketing lain seperti "Diskonnya tinggal hari ini". Padahal, sebenarnya Ibu tak biasa menggunakan barang tersebut, tidak benar-benar membutuhkannya, atau tidak membutuhkannya dalam jumlah besar. Hal itu hanya membuat Ibu membeli barang yang tidak diperlukan. Sebaliknya, hal ini berguna jika Ibu memang pemakai barang tersebut.

2. Jangan mengajak anak ke supermarket. Buatlah daftar belanja yang sudah pasti, dan hindari window shopping ke berbagai area lain. Hal ini tidak hanya akan membuat Ibu membeli barang yang "siapa tahu diperlukan" (padahal tidak), membanding-bandingkan harga (yang akhirnya menghabiskan waktu), dan membuat anak tantrum karena barang-barang atau makanan yang dimintanya tidak Ibu kabulkan. Menghabiskan uang, lagi!

Baca: Tip Agar Tak Tertipu Saat Belanja Online

3. Masak sendiri. Kurangi membeli makanan siap masak atau cemilan-cemilan yang banyak jumlahnya, seperti nugget atau somay beku. Kalau Ibu terbiasa jajan atau membawa pulang makanan yang dibeli di perjalanan pulang dari kantor, hentikan juga kebiasaan tersebut. Mulailah memasak sendiri menu untuk keluarga, dan bila mungkin, kudapan yang biasa Ibu beli. Buat daftar menu untuk sebulan untuk mengurangi dorongan untuk jajan. Buat menu yang simpel, satu lauk dan satu sayur untuk sehari. Siapa tahu Si Ayah malah senang dan bangga bisa membawa bekal masakan istrinya sendiri, ya kan?