Nakita.id - Usus dan kesehatan memang saling berkaitan dan berperan. Usus melakukan fungsi penting seperti membantu untuk mencerna dan menyerap nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan dan pembangunan secara keseluruhan, mendukung pertahanan alami untuk berfungsi dengan baik dan bisa mempengaruhi suasana sehari-hari.
Kesehatan usus bayi tergantung pada kehadiran mikrobiota usus yang baik. Mikrobiota usus mengacu pada mikroorganisme yang hidup di usus dan mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk mendukung usus dalam menjalankan tiga fungsi utamanya, seperti yang telah tercantum di atas.
Bayi dilahirkan dengan sistem pencernaan steril, karena ia tidak memerlukan bakteri usus saat berada di dalam rahim. Oleh karena itu, mikrobiota usus mulai dapat berkembang cepat saat bayi lahir.
Baca juga : Jaga Kesehatan Pencernaan Anak
Kemudian, ketika bayi tumbuh, usus dan mikrobiota usus akan berkembang secara bersamaan. Ibu perlu menciptakan keseimbangan yang tepat dari bakteri baik, sehingga akan menunjang kesehatan dan kesejahteraan dalam sisa hidupnya. Berikut cara menjaga agar usus anak tetap sehat:
1. Lahir: saat bayi terlahir ke dunia, akan ada banyak sekali kontak dengan bakteri sehat ketika bayi keluar dari vagina Ibu. Bakteri baik ini membuat jalan ke usus bayi untuk meletakkan dasar mikrobiota ususnya. Sementara, bayi yang dilahirkan caesar akan terkena bakteri baik lebih sedikit yang mengakibatkan mikrobiota usus kurang beragam saat kelahiran.
2. Menyusui: menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan pertama tidak banyak membantu dalam menjaga usus tetap sehat. Hal ini berkaitan dengan jenis susu yang bayi konsumsi dalam beberapa minggu pertama. Ini berperan dalam perolehan dampak besar pada komposisi 21,22 microbiota di dalam perutnya. ASI tidak hanya mengandung bakteri baik tetapi juga sangat kaya prebiotik yang mampu memelihara pertumbuhan bakteri baik.
Selama menyusui, bayi akan melakukan kontak dari kulit ke kulit dengan sang Ibu. Bakteri baik dari kulit Ibu bisa ditransfer ke bayi, sehingga menambah keragaman microbiota dalam perutnya.
3. Penyapihan: ini adalah masa transisi utama untuk menjaga usus bayi, serta mikrobiota ususnya. Mengenalkan makanan dan tekstur baru ke dalam dietnya juga jenis baru dari bakteri, kemudian akan mengubah seluruh keseimbangan dalam ususnya. Memberikan bayi pola makan seimbang adalah yang dapat mencakup makanan seperti sereal, buah-buahan dan sayuran. Makanan ini memiliki serat makanan dan berfungsi sebagai prebiotik untuk meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik di usus.
Pada saat penyapihan, usus bayi belajar membedakan antara makanan berbahaya dan menguntungkan. Jika makanan tertentu diperkenalkan terlalu dini, maka dapat membingungkan usus dan mengakibatkan alergi, di mana usus bereaksi terhadap zat yang dianggap tidak aman.
4. Diet dan perubahan lingkungan: saat bayi tumbuh, Ibu perlu memastikan bahwa si kecil makan berbagai macam makanan untuk mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan. Mikrobiota usus bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan baru, seperti mengunjungi tempat-tempat baru dan terkena bakteri baru atau mengonsumsi antibiotik selama bayi mengalami sakit. Semua kondisi itu dapat mengganggu serta mengurangi populasi bakteri baik sekaligus memperbanyak bakteri jahat.
Baca juga : Menangani Infeksi Saluran Pencernaan pada Anak
Nah, untuk mengatasinya, Ibu dapat menambahkan lebih banyak prebiotik dalam dietnya. Dengan begini, mikrobiota akan kembali sehat, beragam serta seimbang. Selama masih bayi, usus memang belum berkembang sempurna dan pemenuhan nutrisi yang tepat dalam 1000 hari pertama memfasilitasinya hingga tahap jangka panjang.
Masalah pada organ usus selama masa bayi dapat menyebabkan gangguan usus, perubahan perilaku, alergi, diabetes dan obesitas. Hal ini penting untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi. Dengan begitu, bakteri baik ini dapat terus membantu usus menjaga kesehatan secara keseluruhan.