Nakita.id - Bayi membutuhkan banyak perhatian dan kasih sayang untuk mendukungnya berkembang. Tapi risiko baru yang berhubungan dengan perawatan bayi telah terungkap, dan ini berlaku khusus untuk bayi laki-laki.
Sebuah tinjauan penelitian empiris baru oleh Allan N. Schore menyebutkan otak bayi laki-laki yang sedang berkembang tidak mampu mengendalikan sebaik otak bayi perempuan. Ini yang menyebabkan bayi laki-laki lebih rentan terhadap tekanan lingkungan dan akhirnya, terjadi gangguan neuropsikiatri, termasuk gangguan spektrum autisme.
Dalam “All our sons: The developmental neurobiology and neuroendocrinology of boys at risk,” Allan menuliskan bahwa penelitian mengidikasikan sirkuit yang mengatur stres pada otak laki-laki lebih lambat dewasa dibanding perempuan…” Ia juga menyimpulkan bahwa akibat keterlambatan ini, laki-laki lebih rentan terhadap penyebab stres dalam lingkungan sosial (trauma keterikatan) dan racun pada lingkungan fisik (endokrin) yang berdampak negatif terhadap perkembangan otak kanannya.
Ini dapat diartikan bahwa bayi laki-laki kemungkinan lebih rentan terhadap "autisme, skizofrenia tahap awal, ADHD, dan gangguan perilaku dibandingkan bayi perempuan.
Baca juga : Bayi Laki-laki Lebih Aktif Bergerak
Dalam Psychology Today, Darcia Narvaez, Ph.D., menyimpulkan bahwa gangguan neuropsikiatrik terkait perkembangan otak meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Yang menarik, ketika banyak anak yang dititipkan pada fasilitas day care, pelayanan yang diberikan terhadap bayi justru tidak memadai. Pengasuh bayi di day care, terutama, menjadi satu faktor terkait meningkatnya gangguan yang cenderung terjadi pada bayi laki-laki, seperti gangguan spektrum autisme.
Tapi haruskah kita mencemaskan day care? Elizabeth Mack, seorang psikoterapis di Los Angeles dan ibu dari dua anak laki-laki, mengatakan, “Temuan-temuan ini mengkhawatirkan, terutama bagi orang tua anak laki-laki. Dan meskipun kita tidak boleh mengabaikan korelasi antara jumlah anak laki-laki yang tinggi yang didiagnosis menderita gangguan seperti autisme dan ADHD ketika semakin banyak bayi dititipkan di day care, kita tidak boleh lupa bahwa ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab tingkat diagnosis yang lebih tinggi, termasuk fakta bahwa ada lebih banyak pengujian untuk gangguan ini ketimbang yang pernah dikerjakan sebelumnya.” Jadi, menurut Mack, semakin banyak penelitian tentu memunculkan semakin banyak diagnosis. Dengan kata lain, korelasi tidak berhubungan sebab-akibat.
“Memang ada bukti bahwa anak laki-laki lebih rentan ketimbang anak perempuan pada masalah-masalah tertentu di masa kanak-kanak (terutama ADHD, gangguan perilaku dan gangguan spektrum autisme),” kata lektor psikologi USC Darby Saxbe. Namun, ia menambahkan bahwa memasuki usia remaja, anak perempuan lebih rentan pada masalah-masalah lain, seperti kecemasan dan depresi. “Jadi, yang penting bukan soal laki-laki lebih rentan secara psikologis dibanding perempuan, tapi masalahnya adalah setiap orang — laki-laki atau perempuan — memerlukan cinta dan perhatian yang besar saat bayi dan anak-anak karena ini adalah saat penting untuk perkembangan otak.”
Baca juga : Bayi Laki-laki Lebih Cepat Mandiri
Saxbe tidak sependapat bahwa semua day care tidak menyediakan pangasuhan bayi yang memadai. “Tidak ada bukti bahwa anak-anak yang menghabiskan waktu di fasilitas penitipan di luar rumah lebih buruk daripada anak-anak yang tinggal di rumah,” katanya. “Pendapat bahwa day care berkontribusi pada autisme masih kontroversial, di saat kita tahu bahwa autisme sangat terkait dengan genetis dan dengan faktor-faktor risiko lain yang diketahui, termasuk usia orang tua dan komplikasi kehamilan/kelahiran.”
Ketika lebih memahami gangguan neuropsikiatri yang umum seperti autisme, wajar jika Ibu mencemaskan anak-anak laki-laki Ibu. Tapi selama bayi-bayi Ibu menerima perhatian dan cinta yang berkualitas tinggi, semua akan baik-baik saja.