Bayi Baru Lahir Bisa Tiba-tiba Meninggal Tanpa Penyebab yang Jelas. Kenapa?

By Irene Harris, Kamis, 23 Maret 2017 | 00:00 WIB
Mengapa bayi yang lahir dalam kondisi sehat beberapa jam kemudian meninggal tanpa penyebab yang jelas? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Mungkin Ibu pernah dengar cerita tentang bayi yang lahir dalam kondisi sehat dan selamat, tapi beberapa jam kemudian meninggal tanpa penyebab yang jelas. Nah, oleh para ahli, hal ini disebut dengan istilah Sudden Unexplained Postnatal Collapse (SUPC).

SUPC umumnya terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari pertama kehidupan bayi. Seperti kita tahu, masa ini kebanyakan dilalui di rumah sakit. Lantas, kenapa bisa terjadi? Bukankah ada banyak dokter di sana?

Menurut penelitian di jurnal JAMA Pediatrics yang dimuat Agustus 2016, terjadinya SUPC bisa berkaitan dengan penerapan kebijakan global yang disebut "Baby-Friendly Hospital Initiative". Inisiatif untuk membuat rumah sakit lebih ramah terhadap bayi ini diperkenalkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO dan United Nations Children's Fund pada 1991, dengan tujuan agar bayi yang dilahirkan bisa mendapatkan awal terbaik dalam hidupnya.

Ada 10 anjuran dari inisiatif ini untuk dilakukan oleh pihak rumah sakit. Nah,  beberapa anjuran ini ternyata justru malah berpotensi untuk berbalik membahayakan kesehatan, baik ibu maupun bayinya.

Salah satu peneliti, Dr. Joel L. Bass, Kepala Departemen Kesehatan Anak dari Newton-Wellesley Hospital, Massachusetts, menjelaskan, ini bukan karena anjuran itu buruk. "Namun, pelaksanaannya di lapangan itulah yang bisa berdampak burut terhadap bayi," katanya.

Sebagai contoh adalah anjuran inisiasi menyusui dini dalam kurun waktu satu jam setelah bayi lahir. "Menurut anjuran, ibu harus melakukan kontak kulit langsung dengan bayi setelah melahirkan, hingga selesai menyusui untuk pertama kali. Di satu sisi, inisiasi menyusui dini dan kontak kulit langsung bisa meningkatkan angka keberhasilan menyusui. Kontak kulit langsung juga dianjurkan selama ibu dan bayi dirawat di rumah sakit. Namun, dalam masa rawat inap ini pihak medis tidak bisa memberikan pengawasan langsung dan terus-menerus," papar Bass.

Kurangnya pemantauan dan bantuan untuk para ibu dan bayinya bisa meningkatkan risiko terjadinya insiden yang tidak diinginkan. Contohnya, kondisi ibu yang sangat lelah setelah bersalin dan keterbatasan fisik usai operasi sesar membuatnya tidak bisa bergerak leluasa, sehingga ada kemungkinan bayi terjatuh. Bila ada pihak kesehatan yang memantau, tentu hal ini bisa dicegah.

Selain itu, posisi bayi saat menyusui juga dapat berbahaya apabila tidak dapat pantauan dari dokter atau perawat. "Posisi tidur di atas permukaan yang empuk dan hangat bisa membuat asupan oksigen bagi bayi berkurang," kata Bass. Hal ini dapat terjadi ketika bayi ditidurkan menyamping di tempat tidur ibu agar bisa disusui sekaligus merasakan kontak kulit langsung.

Menurut Bass, insiden seperti ini mirip dengan yang menyebabkan sindrom kematian mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome atau SIDS). Penelitian Bass bersama rekan-rekannya dengan menggunakan data dari Departemen Kesehatan Massachusetts periode 2004-2013 menemukan adanya 57 kasus SIDS yang terjadi pada bulan pertama kehidupan bayi. Sebanyak 20 kasus terjadi dalam kurun waktu 5 hari pertama usia bayi.