Nakita.id - Berkat aplikasi pembelajaran interaktif di berbagai gadget, anak usia mulai dari 2 tahun dapat dengan mudah menggunakan smartphone, tablet dan perangkat lainnya. Namun para peneliti kini mempertanyakan manfaat pengalaman pendidikan interaktif pada perangkat layar sentuh atau touchscreen, setidaknya untuk anak laki-laki.
Peneliti dari Universitas Vanderbilt menguji apakah interaksi fisik anak-anak dengan layar sentuh melalui “mengetuk” atau “menggeser” sebenarnya menguntungkan atau tidak. Dalam satu studi, mereka memberikan iPads dengan apliksi pembelajaran kata yang berbasis flashcard dan berdesain lab pada anak usia antara 2 and 5 tahun. Aplikasi ini menampilkan hasil di mana anak-anak diperintahkan untuk tidak menyentuh layar. disusul aktivitas di mana mengetuk layar. Para peneliti kemudian menguji anak-anak untuk menentukan apa saja kata-kata yang telah dipelajari.
(Baca juga : Anak Sekarang Lebih Pintar Gadget-an daripada Memakai Sepatu Sendiri)
Kajian kedua juga mencakup aplikasi pembelajaran kata yan buatan universitas, tapi kali ini pada tablet Galaxy. Permainan itu mencakup porsi pembelajaran pasif dan porsi eksperimental. Porsi eksperimental meminta anak-anak, kali ini berusia antara 2-4 tahun, membantu objek menyebrangi sungai dengan mengetuk atau menggeser layar, atau sekadar menyaksikan objek menyebrang sungai. Mereka juga diuji atas kemampuan pembelajaran kata.
Dalam kedua kajian, para peneliti menemukan bahwa anak laki-laki belajar lebih sedikit kata-kata ketika diminta untuk berinteraksi dengan aplikasi lewat cara menggeser dan mengetuk layar. Sebaliknya, anak-anak perempuan belajar lebih banyak ketika diminta untuk berinteraksi dengan aplikasi daripada ketika diperintahkan untuk hanya menonton. Mereka juga lebih patuh untuk tidak mengetuk layar saat tidak diperintahkan dibanding anak laki-laki.
(Baca juga : Ini Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Gadget)
Para peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan mengetuk layar yang terus-menerus dari anak laki-laki “konsisten dengan perbedaan jenis kelamin dalam pengaturan diri yang dilaporkan dalam literatur riset. Anak-anak laki-laki memiliki pengaturan diri yang lebih rendah dibanding perempuan.”
Dan menyangkut kesulitan belajar dengan cara menggeser objek di layar, para peneliti mengemukakan, “sebuah penjelasan parsial untuk perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih pada pengembangan motorik halus yang lebih maju pada anak-anak perempuan usia prasekolah.”
Intinya, anak-anak laki-laki kecil mungkin kurang dalam pengaturan diri, atau membutuhkan terlalu banyak konsentrasi pada tugas-tugas yang melibatkan kemampuan motorik halus agar aplikasi pembelajaran yang interaktif tertentu efektif. Kabar ini tentu bisa membantu orang tua menyeleksi aplikasi jika ada kemampuan untuk melakukan pratinjau sebelum mengunduh. Pada akhirnya, membaca deskripsi dan tinjauan-tinjauan dengan saksama sebelum membeli sangat penting.
(Baca juga : Kini, Batita Sudah Bisa Main Gadget Sebelum Bisa Bicara)
Namun para peneliti mencatat bahwa pengalaman anak-anak dengan media terus mengalami pergeseran, jadi orangtua harus tetap waspada dan selalu mengawasi aktivitas dunia maya anak-anak dalam membantu mereka belajar.