Riset Terbaru: Cara Mendeteksi Autisme Sejak Bayi

By Gisela Niken, Senin, 24 April 2017 | 23:08 WIB
Mendeteksi gejala autisme sejak bayi bisa dilakukan (Gisela Niken)

Nakita.id – Mendeteksi autisme biasanya bisa mulai dilakukan ketika tanda-tandanya dapat terlihat saat anak berusia 2 hingga 4 tahun. Namun, sebuah studi dari University of North Carolina menemukan bahwa risiko autisme bisa dilihat sejak anak masih bayi. Dalam penelitian ini, para peneliti melakukan scanning terhadap pola perkembangan otak bayi usia 6 hingga 12 bulan. 

Hasil tersebut dapat mendeteksi gejala autisme. “Temuan ini menekankan bahwa autisme tidak tiba-tiba terjadi pada usia balita tetapi bisa dideteksi sejak usia dini,” ujar Daniele Fallin, Ph.D., direktur Wendy Klag Center for Autism & Developmental Disabilities di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. 

Penelitian ini sendiri masih terus berkembang karena scanning yang dilakukan masih cukup mahal. Namun, penemuan ini jelas akan membantu para orangtua agar dapat mendeteksi autisme sejak anak berusia bayi. 

Baca juga: Ini Cara Mengenali Gejala Autisme Sejak Usia Dini 

Paige M. Siper, Ph.D., psikolog dan juga Direktur Autism Seaver Center di Amerika Serikat mengungkapkan, “Sekitar 15 sampai 20 persen autisme disebabkan faktor genetik. Selain itu ada tambahan dari faktor lingkungan,” ujarnya. Berdasarkan fakta tadi, menurut Paige, orangtua menjadi pihak yang penting menjalani deteksi dini autisme. Dengan begitu, pencegahan bisa dilakukan. 

Setelah bayi lahir, pemeriksaan keseluruhan secara rutin oleh dokter anak menjadi cara untuk mengetahui masalah sedari awal. Namun, orangtua pun perlu paham gejala-gejala autisme sejak usia dini yang dapat dilihat dari perilakunya. “Keluarga besar biasanya menjadi kontrol bagi orangtua agar peka melihat gejala atau potensi adanya masalah pada anak,” ujar Peige. 

Baca juga:5 Fakta Yang Perlu Mama Ketahui Untuk Mendeteksi Autisme 

Menurut Peige, hal umum yang paling terlihat sebagai tanda autisme pada bayi adalah:

- Sulitnya berkomunikasi (komunikasi tak melulu harus dengan bicara).

- Tidak memiliki ekspresi gembira atau tidak pernah tersenyum. Pada usia 6 bulan, bayi biasanya sudah mampu melakukan senyum sosial (bukan senyum karena gerakan refleks) atau ekspresi tertentu. 

- Bayi tidak merespons stimulasi meski usianya sudah 12 bulan. Ia cenderung melakukan stimulasi untuk dirinya di dunianya sendiri. Artinya, ia hanya sibuk dengan dirinya tanpa melihat lingkunga. 

- Biasanya si kecil kurang memahami emosi sehingga cenderung melakukan hal yang tidak biasa seperti melambaikan tangan tanpa alasan yang jelas.

Baca juga: Ini Gejala Awal Autisme Pada Anak Sesuai Usia 

Lalu, apa yang harus dilakukan jika bayi kita memiliki tanda-tanda autisme seperti itu? Sampaikan hal ini kepada dokter anak yang biasa menangani bayi Ibu.