Ini yang Terjadi Jika Anak Ditinggal Mati Saudara Kandungnya

By Meisy Billem, Kamis, 4 Mei 2017 | 00:15 WIB
Anak yang ditinggal mati saudara kandung berisiko mengalami kematian dini. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Ternyata ditinggal mati saudara kandung meningkatkan risiko kematian dini. Apalagi jika hal itu terjadi di masa kanak-kanak, kemungkinan risiko kematiannya dini bisa lebih besar pada kakak atau adik yang masih hidup, demikian menurut penelitian dari Aarhus University Hospital di Denmark. Kesimpulan ini didapat setelah tim peneliti menganalisa 56.000 orang yang kehilangan saudara kandung sebelum berusia 18 tahun. Mereka menemukan bahwa risiko kematian selama 37 tahun ke depan adalah 71 persen lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak ditinggal mati saudara kandung di masa kanak-kanak. "Masyarakat harus menyadari kerentanan anak-anak setelah mengalami kehilangan saudara kandung mereka, terutama pada tahun pertama dan untuk saudara kandung dari jenis kelamin yang sama atau dengan jarak usia yang dekat," kata Dr. Yongfu Yu dari Aarhus University Hospital, di laman Reuters Health.

Belum jelas, apa hubungan kematian saudara kandung pada masa anak-anak dengan risiko kematian pada saudara yang berduka. Yang pasti, dukungan sosial diharapkan dapat membantu mengurangi tingkat kesedihan dan meminimalkan potensi efek kesehatan yang merugikan pada kakak atau adik yang berduka ini.

Anak-anak yang kehilangan saudara kandung memiliki peningkatan risiko kematian dengan penyebab yang sama seperti saudara mereka yang telah meninggal, termasuk risiko lebih tinggi untuk bunuh diri, begitu menurut tim peneliti di laman AMA Pediatrics. Risiko kematian terlihat paling banyak terjadi pada tahun pertama setelah saudara kandung meninggal, juga ketika saudara yang ditinggalkan ini punya jenis kelamin yang sama dengan saudara yang meninggal.

Selain itu, hubungan ini lebih banyak terjadi pada saudara laki-laki daripada saudara perempuan, serta yang beda umurnya kurang dari dua tahun.

“Karena penelitian ini dilakukan di Denmark dan Swedia, peningkatan risiko kematian ini mungkin tidak banyak disebabkan oleh kurangnya perawatan kesehatan,” Yu berspekulasi.

Banyaknya peristiwa kematian bisa mencerminkan kerentanan genetik, dampak langsung pada anak-anak yang ditinggalkan karena stres psikologis, dan dampak tidak langsung melalui reaksi orangtua dan anggota keluarga lain seperti terjadinya perubahan perilaku. Apa yang mendasari hubungan antara kejadian dalam hidup dan peningkatan risiko kematian masih perlu diteliti lebih lanjut.

Dalam ulasan yang diterbitkan dengan laporan tentang penelitian tersebut, Dr James M. Bolton dan timnya dari University of Manitoba di Winnipeg, Manitoba, Kanada, menunjukkan bahwa psikoterapi khusus kesedihan untuk orang dewasa dapat membantu. Namun, tidak banyak data mengenai pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja yang sedih karena kehilangan saudara kandungnya. Intervensi untuk kalangan muda yang ditinggal mati kakak-adiknya tentu penting untuk mencegah peningkatan risiko gangguan mental dan kematian yang muncul pada kelompok rentan ini.