Nakita.id - "Melatih anak-anak berbeda dari melatih orang dewasa," kata Soembar Wiyanto (47) alias Anto, pelatih Taekwondo dan pendiri klub ATS (Anto’s Taekwondo School) Indonesia sejak 1994. Namun baginya, anak-anak bisa diberi target untuk berprestasi di tingkat internasional meski untuk itu dibutuhkan kerja keras, kesabaran, juga kasih sayang. "Itu karena setiap anak berbeda. Ada yang lemah, sulit diberi arahan, kurang fokus, kurang sabar, pendiam, dan lainnya,” kata Anto.
Suami dari Dwi Rahayu (45) ini pun meyakini akan perlunya kombinasi strategi pelatihan agar target itu bisa diwujudkan. Salah satunya, menurut Anto, “Jika anak lelah berikan waktu istirahat dan juga hiburan sehingga anak tidak jenuh atau bosan!”
Dalam melatih, ia pun berusaha memberi contoh yang baik. “Misalnya, ketika kita ingin anak-anak datang tepat waktu maka kita harus datang lebih dulu daripada mereka,” ungkapnya. "Jika kita ingin anak disiplin, maka kita harus lebih disiplin lebih dulu. Demikian pula saat mengajarkan gerakan-gerakan bela diri dalam latihan, jika kita ingin anak-anak melakukan gerakan dengan tepat dan benar, maka kita harus menyontohkan gerakannya secara tepat dan sungguh-sungguh. Kita tidak bisa hanya meminta anak melakukan sesuatu tetapi kita tidak melakukannya dengan benar."
PENCETAK ANAK BERPRESTASI TINGKAT INTERNASIONAL
Hingga saat ini, siswa yang berlatih pada Anto berjumlah sekitar 400 orang. Dari jumlah tersebut tidak semua ikut program prestasi. Ia melakukan seleksi dan hanya memilih 30 orang. “Dari 30 orang tersebut pun tidak semuanya terpilih, hanya yang punya kesungguhan, mental yang kuat, cita-cita yang besar yang akan terus ikut dalam program prestasi,” tandas Anto. "Ada sekitar 15 orang yang berhasil berjaya di berbagai turnamen lokal, nasional, maupun internasional. “Mereka ikut bertanding di turnamen terbuka antarklub daerah di seluruh Indonesia.”
Untuk memperkaya ilmu beladirinya, Anto telah mengikuti berbagai seminar beladiri dan mempelajari ilmu bela diri lain seperti Street Fighter, Aikido, Shaolin dan Permainan Senjata. Berkat ketekunannya, pada 2007 ayah dari M. Arrasyid Putranto (13), M. Akbar Karimmullah Putranto (11), dan Aisyah Amira Rahmani (3) ini mendapat lisensi sebagai pelatih professional beladiri Taekwondo langsung dari Korea Selatan. Terus terang, hingga saat ini masih sedikit orang Indonesia yang berhasil mendapatkannya.
Setelah membawa anak-anak didiknya merajai berbagai turnamen di Indonesia, mulai 2016 Anto merambah pertandingan internasional seperti turnamen di Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia. “Hampir di seluruh turnamen tersebut anak-anak berhasil membawa pulang medali, rata-rata menyabet emas,” ujarnya bangga. Di Jepang misalnya, salah satu anak didiknya yang juga anak kandungnya, M. Akbar Karimullah berhasil menyabet medali emas mengalahkan andalan tuan rumah. Sementara anak didiknya yang lain, Idlan Chandra Aryasatya berhasil meraih medali perak.
Kini, Anto ingin anak-anak didiknya terpilih seleksi atlet nasional dan masuk Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas). “Saya harap mereka bisa mewakili Indonesia di berbagai kejuaraan internasional seperti Sea Games, Asian Games, dan nantinya bisa berlaga di Olimpiade,” tekad Anto. Ia pun yakin para pelatih di Pelatnas akan membantu anak-anak didiknya berprestasi di turnamen-turnamen internasional. “Yang penting saat ini kami ikhtiar. Saat ini anak-anak didik saya belum bisa masuk Pelatnas karena pembinaan di Pelatnas dimulai di usia 17 tahun ke atas,” ujar Anto.
GURU BERPENGALAMAN DAN PENGERTIAN
Sejak sekian puluh tahun lau Soembar Wiyanto (47) sudah akrab dengan dunia bela diri. Diawali dengan belajar Juzitzu Brazilian sejak 1977 sampai 1980 di kota kelahirannya Surabaya, lalu belajar silat Joko Tole di Madura (1981-1986), lanjut berlatih Karate (1986-1987), dan terakhir setelah hijrah ke Jakarta berlatih Taekwondo (1988-1994). Dari sekian banyak beladiri yang dipelajarinya, ia pun memilih fokus pada beladiri Taekwondo (1995). Kini ia aktif menjadi pelatih di beberapa klub Taekwondo seperti Patria Bekasi, Bakrie Brother Club, dan Makostrat TNI. “Saya juga sempat melatih tim Taekwondo Jawa Barat Indonesia-Korea LG CUP 1 dan tim Garuda Emas Indonesia pada 2001-2006.”
Anto melihat, ilmu beladiri seperti Taekwondo sebaiknya diajarkan sejak anak masih berusia dini. “Kalau belajarnya sudah dewasa paling latihannya hanya 1 tahun, habis itu selesai,” imbuhnya. “Berbeda jika dilatih sejak dini, anak-anak bisa fokus berlatih lebih lama dan dapat diarahkan untuk berprestasi.” Karena itulah mulai tahun 2010 Anto hanya menerima murid anak-anak mulai usia 4 tahun hingga 15 tahun. “ATS berorientasi untuk mendorong anak berprestasi di cabang bela diri Taekwondo Indonesia,” tandasnya.
“Saya ingin menurunkan ilmu kepada anak-anak, juga membentuk anak-anak yang sehat jasmani dan rohaninya, meningkatkan daya juang mereka, dan memiliki sikap sportif dalam hal apa pun, bersikap jujur, mau menghargai orang lain, dan juga mau membela negara.” Lewat Taekwondo pula Anto ingin anak-anak didiknya kelak bisa unjuk diri dan sejajar dengan bangsa lain. “Saya ingin menunjukkan, kita adalah bangsa yang bisa duduk dan berdiri sama tinggi dengan bangsa negara lain,” ujar Anto.