Si Kecil Mau Jadi Artis? Itu Karena Pintarnya Beda

By Dini Felicitas, Jumat, 5 Mei 2017 | 05:30 WIB
Kecerdasan musik terlihat dari kegemaran si kecil menyanyi dan menggoyangkan badan mengikuti irama. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Ibu mungkin sering mendengar bagaimana orangtua kerap bertanya pada anak-anaknya, kalau besar mau jadi apa? Ada yang bilang mau jadi pilot, jadi presiden, atau kalau anak Generasi Alfa saat ini mungkin akan menjawab: ingin jadi artis. Wow! Itu cita-cita yang tak pernah terpikirkan oleh Ibu sewaktu kecil. Diminta menyanyi di depan kelas saja langsung mules, apalagi mau jadi artis.

Tetapi, masih bagus jika anak masih bisa menjawab pertanyaan seputar cita-citanya. Soalnya, anak Ibu malah tidak bisa menjawab. Jangankan ditanya cita-citanya. Diminta mewarnai buku gambarnya saja, cuma mencoret satu-dua garis lalu langsung lari. Diajak berdoa seperti yang diajarkan di sekolah, pura-pura tidur. Dibacakan buku cerita, malah turun dari tempat tidur lalu minta makan kue. Hadeuuuh… sebenarnya apa bakat dan kemampuan anakku ini, ya? Begitu mungkin keluh Ibu.

Tenaaang… jangan langsung khawatir kalau anak belum menampakkan tanda-tanda kecerdasannya. Atau setidaknya, apa minatnya. Karena jika Ibu lebih jeli, si kecil mungkin akan menunjukkan kepekaan atau keterampilan lain yang tidak dimiliki anak lain. Atau, tidak seperti keterampilan umum yang diajarkan di kelompok bermainnya, seperti mewarnai, meronce, menempel, menyanyi, atau menari. Sebab, si kecil mungkin menyimpan jenis kepintaran lain yang belum Ibu sadari.

Nah, perlu Ibu ketahui bahwa semua anak sebenarnya memiliki kecerdasan tertentu. Karena, ada delapan jenis kecerdasan yang termasuk dalam Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk). Teori Multiple Intelligence ini dikembangkan oleh Dr. Howard Gardner, profesor pendidikan di Harvard University pada 1983. Teori ini mengungkapkan bahwa gagasan mengenai kecerdasan tradisional yang berdasarkan IQ itu sangat membatasi stimulasi anak. Oleh karena itu, Dr. Gardner mengajukan delapan jenis kecerdasan untuk mengetahui potensi anak dan orang dewasa secara lebih luas.

Delapan kecerdasan majemuk tersebut adalah:

  1. Kecerdasan bahasa, ditandai dengan si kecil yang suka membaca, menulis, berbicara, mendengarkan cerita.
  2. Kecerdasan logis-matematis, di mana si kecil tertarik pada angka, matematika, sains, hal-hal yang berhubungan dengan logika, mempertanyakan sesuatu yang abstrak seperti "mengapa langit berwarna biru?".
  3. Kecerdasan spasial, di mana anak mampu menciptakan imajinasi dan visualisasi bentuk dalam pikirannya, suka menggambar, bermain dengan bentuk dan ruang (rancang bangun) seperti pasel dan balok. Ia juga hafal sekali jalan-jalan yang pernah dilewatinya.
  4. Kecerdasan motorik-kinestetis, ditunjukkan dengan kesukaan si kecil mengerjakan sesuatu dengan tangan, suka olahraga, menari, menyentuh benda-benda dan memelajarinya.
  5. Kecerdasan musik, terlihat dari kegemaran si kecil menyanyi, menggoyangkan badan mengikuti irama, memainkan instrumen musik, mendengarkan musik, dan mengingat lagu.
  6. Kecerdasan interpersonal, di mana si kecil suka bermain dengan teman-temannya, memiliki empati terhadap orang lain, suka memimpin, dan bisa memahami perasaan orang lain.
  7. Kecerdasan intrapersonal, yaitu kecenderungan si kecil untuk bermain sendiri, memiliki hobi dan tahu dia mau jadi apa saat besar nanti, punya rasa percaya diri yang kuat, dan bisa mengkomunikasikan perasaannya.
  8. Kecerdasan naturalis, di mana si kecil senang berada di alam, menyukai binatang, dapat menggolongkan jenis tanaman, mengoleksi dedaunan, dan peduli terhadap lingkungan alam.

Seluruh kecerdasan ini bisa dikembangkan dan menjadi semakin menonjol, atau justru diabaikan dan akhirnya jadi melemah dan hilang. Oleh karena itu, Ayah dan Ibu perlu mengenali  apa jenis kecerdasan si kecil, bagaimana gaya pembelajarannya, dan mengadaptasi gaya pengajaran Ayah dan Ibu agar anak bisa belajar dengan gembira karena sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Nah, sudahkah Ayah dan Ibu mengetahui jenis kepintaran si kecil? Jika masih ragu, dan ingin mengenal lebih jauh mengenai kecerdasan anak, Ayah dan Ibu yang berada di Medan bisa  mengikuti “S-26 Procal Sharing Moment bersama Nakita” di Grand Aston Medan, Ruang Gaharu Lt. 2, pada Sabtu, 13 Mei 2017, pukul 08.00 – selesai.

Di acara ini, Ayah dan Ibu bisa mengetahui bagaimana cara mendukung fondasi awal kecerdasan anak dari para pakarnya, yaitu dokter tumbuh kembang anak Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, psikolog Rosdiana Setyaningrum MPsi, MHPed, dan celebrity daddy Maruli Tampubolon.

Jika berminat, silakan mendaftar ke Nakita dengan Desy (0852 2588 7415) atau Putri (0821 6271 3637). Saat melakukan konfirmasi, cukup kirimkan foto struuk pembelian S-26 Procal Original ukuran apa saja melalui Whatsapps.

Nah, jadi, masuk akal kan kalau si kecil ingin jadi artis? Karena itu berarti memang pintarnya beda!