Ini Yang Harus Dilakukan Bila PMS Datang

By Nur Ayu Kartikasari, Senin, 8 Mei 2017 | 06:30 WIB
Gejala PMS yang paling sering ditemui adalah perasaan gelisah, putus asa, cemas, tidak tenang, perasaan tiba-tiba sedih atau menangis. (Santi Hartono)

nakita.id.Menjelang haid atau menstruasi biasanya ada sebagian perempuan mengalami gejala yang tidak nyaman. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pramenstruasi atau PMS, yakni kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.  Biasanya gejala tersebut terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya perdarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Pada beberapa perempuan, PMS ini sangat hebat pengaruhnya pada fisik dan psikis, sampai-sampai mereka terpaksa bolos bekerja atau rehat dari aktivitas sehari-hari.

Gejala psikologis yang paling sering ditemui adalah perasaan gelisah, putus asa, pikiran mencela diri sendiri, cemas, tidak tenang, perasaan tiba-tiba sedih atau menangis. Depresi menstruasi juga bisa menimbulkan gejala lain semisal marah-marah, menurunnya minat beraktivitas, kesulitan berkonsentrasi, mudah lelah dan kehilangan tenaga, nafsu makan bertambah dan gangguan sukar tidur/ insomnia.

Baca juga: 10 Cara Mengatasi Kram Perut di Masa Haid

Penanganan PMS pada kasus umum disesuaikan dengan gejala yang timbul. Kalaupun harus menggunakan obat antidepresan, harus sesuai yang diresepkan dokter kesehatan jiwa (psikiater), dan biasanya diberikan dalam keadaan PMS yang parah.

Sejatinya, tipe dan gejala PMS sangat beragam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Menurut Abraham, seorang perempuan dapat mengalami satu gejala, namun dapat pula mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai tipe PMS masing-masing:

PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Beberapa perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang sesaat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan) pada kaki atau tangan, perut kembung, nyeri pada buah dada, atau peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A. (*)