Masalah obesitas atau kelebihan berat badan pada anak perlu ditanggapi lebih serius. Sebab, anak yang mengalami obesitas, jika tak ditangani dengan baik akan rentan terkena berbagai penyakit serius seperti jantung, hipertensi, diabetes, gangguan pernapasan, gangguan tidur, bahkan kanker dan gangguankardiovaskular. Di samping itu, anak menjadi lebih sulit bergerak sehingga aktivitas dan kreativitasnya menjadi terganggu.
Pada 2010, menurut dr. Marlyn C. Malonda, Sp.A., sekitar 6,7% anak di dunia mengalami obesitas. Diperkirakan pada 2020 nanti jumlah ini terus meningkat mencapai 9,1%. Sementara di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, sebanyak 18,8% anak usia 5–12 tahun mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan 10,8 % menderita obesitas. Angka di Indonesia ini berada di urutan 10 dunia.
Kewaspadaan perlu ditingkatkan jika di usia remaja anak tetap mengalami obesitas. Jika di masa remaja berat badan anak tidak mendekati angka ideal, umumnya masalah ini akan berlanjut terus hingga ia dewasa. “Obesitas pada remaja berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa,” tandas Marlyn di acara konferensi pers bedah Bariatrik di Tangerang, Selasa (02/05) lalu.
Langkah terbaik yang perlu dilakukan adalah mencegah anak mengalami obesitas. Misalnya, menerapkan pola makan sehat dengan asupan gizi seimbang, mengonsumsi lemak secukupnya, memperbanyak asupan sayur dan buah, melakukan aktivitas fisik yang cukup, dan aktif berolahraga minimal seminggu 2 kali. Jika ternyata telanjur mengalami obesitas, anak bisa melakukan langkah-langkah di atas ditambah diet berdasarkan saran dokter.
Kadangkala, kasus obesitas terjadi sangat ekstrem seperti yang dialami oleh Arya Permana (11). Bocah lelaki kelahiran Karawang Jawa Barat ini memiliki tinggi badan sekitar 160 cm dengan berat badan (BB) lebih dari 180 kg. Kasus obesitas yang dialaminya dianggap membahayakan sehingga diet dianggap tidak efektif untuk mengatasinya. Karena itu dianggap perlu untuk dilakukan intervensi seperti pembedahan bariatrik. “Operasi ini merupakan teknik operasi pengecilan dan bypass lambung yang bertujuan menurunkan berat badan untuk mengatasi obesitas,” ijar Marlyn. Di negara maju, lanjutnya, bedah bariatrik sudah umum dilakukan karena terbukti efektif menurunkan berat badan dan dapat bertahan dalam jangka panjang.
Dr. Handy Wing, Sp.B,FBMS, FINACS, FICS, yang juga hadir pada acara tersebut mengatakan, saat ini operasi bariatrik dipandang sebagai terapi yang paling efektif mengatasi obesitas. “Namun, metode ini belum populer di Indonesia dan belum banyak diketahui oleh pasien penyandang obesitas,” jungkapnya. Metode bedah bariatrik pun dilakukan dengan teknik laparoskopi (minimal invasif) yaitu dilakukan melalui lubang sayatan kecil berukuran 1 cm sebanyak 3-4 buah. Teknik ini juga dianggap cocok untuk pasien anak karena tak perlu pembedahan lebar, nyeri yang minim, dan bekas luka sayatan kecil sehingga secara kosmetik bekas operasi hampir tidak terlihat.