Semakin Besar Ukuran Bayi Semakin Sehat?

By Avrizella Quenda, Selasa, 9 Mei 2017 | 05:43 WIB
Stimulasi Menggunakan Suara (Santi Hartono)

Nakita.id - Perkembangan dan pertumbuhan bayi yang sehat bisa ditentukan oleh beberapa faktor. Namun, benarkah semakin besar ukuran bayi semakin sehatkah ia?

Berlawanan dengan kepercayaan populer yang mengatakan bahwa ukuran tidak menentukan kesehatan bayi, kata Profesor Tan Thiam Chye, kepala dan konsultan senior di divisi layanan rawat inap obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Ibu dan Anak KK. Bayi yang dikatakan berukuran besar banyak ditemukan di negara-negara maju, seperti AS, Inggris, Australia, sebagian Eropa dan sebagainya.

Faktanya, bayi yang baru lahir dengan berat lebih dari 3,8 kilogram menghadapi lebih banyak komplikasi daripada bayi yang berukuran normal, kata Profesor Victor Samuel Rajadurai, kepala dan konsultan senior di departemen neonatologi KKH. Komplikasi ini termasuk cedera lahir, gula darah rendah, kadar kalsium rendah dan penyakit kuning.

(Baca juga : Riset: Kepala Bayi Lebih Besar Pertanda Cerdas)

Contoh, rata-rata berat bayi kelahiran waktu normal di Singapura berkisar antara 2.8 kg sampai 3 kg, kata Prof Tan. Sebagian besar bayi yang terlahir ‘besar’ berasal dari ibu penderita diabetes sebelum atau selama kehamilan. Secara umum, bayi-bayi tersebut memiliki tingkat cacat lahir tiga kali lebih tinggi yang melibatkan organ otak, paru-paru, jantung, saluran pencernaan dan tulang belakang. Beberapa kasus juga bisa membuat bayi dalam kondisi kritis.

Berat kelahiran lebih dari 4 kg dapat membuat bayi berisiko tinggi terkena obesitas dan diabetes sejak kecil dan juga ketika dewasa. Ibu hamil harus memantau kadar glukosa darahnya pada paruh kedua kehamilan untuk mendeteksi adanya diabetes. Jika kondisinya terkendali dengan baik, sebagian besar efek buruknya bisa dicegah, kata Prof Victor.

Begitu pula studi dari Michael Kramer, seorang profesor pediatri, epidemiologi dan biostatistik di Universitas McGill juga mencatat peningkatan diabetes gestasional atau suatu kondisi di mana peningkatan gula darah ibu beredar pada bayi, yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dan lebih banyak lemak.

(Baca juga : Ukuran Perut Saat Hamil Bukan Indikasi Kesehatan Bayi)

Perempuan di atas usia 35 tahun berisiko lebih besar mengalami diabetes gestasional, kata Vyta Senikas, associate executive vice-president of the Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. Berat badan yang diperoleh ibu selama kehamilan juga dapat mempengaruhi ukuran bayinya. Rekomendasi kenaikan berat badan standar selama kehamilan adalah sekitar 11 kilogram, namun menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, satu dari lima ibu hamil memiliki kelebihan berat badan sebesar 18 kilogram atau lebih.

Mungkin faktor kunci yang berkontribusi pada bayi yang lebih besar bukanlah kenaikan berat badan Ibu selama kehamilan tapi berat badan Ibu sebelum hamil. Berat badan seorang Ibu jauh lebih berpengaruh pada seberapa besar bayinya. Itu berarti Ibu yang bertubuh kecil cenderung memiliki bayi yang lebih kecil, sedangkan  Ibu yang bertubuh besar cenderung memiliki bayi lebih besar, terlepas dari berat badan ayah.

Namun, menurut Michael, tingkat kenaikan berat badan yang tinggi tidak perlu dikhawatirkan di tahun pertama kehidupan bayi. Dan meskipun bayi gemuk memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menjadi gemuk ketika dewasa, kebanyakan bayi yang kelebihan berat badan akan menurun dengan sendirinya, alias tidak mengalami kelebihan berat badan saat dewasa. Entah ia disusui atau diberi susu botol, menurut Michael yang terjadi setelah penyapihan itulah yang perlu diperhatikan. Ini menjadi berita positif bagi orang tua. Berarti Ibu memiliki kekuatan untuk menentukan kesehatan masa depan anak-anak dengan memberikan pilihan makanan sehat dan mendorong anak-anak untuk aktif bergerak.

(Baca juga : Faktor Penentu Berat Badan Bayi Saat Lahir)