Nakita.id - Mempunyai anak laki-laki dan perempuan sering dianggap menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Ibu dan Ayah. Anak perempuan dapat menjadi teman belanja Ibu, sedangkan anak laki-laki dapat menjadi teman berolahraga Ayah.
Meski terdengar menyenangkan, tanpa disadari Ibu kerap merasa memiliki cara bermain yang lebih baik dibanding Ayah, atau malah sebaliknya. Tetapi, apakah lantas benar bahwa cara bermain Ibu lebih benar dari Ayah hanya karena Ibu rajin membaca buku-buku pengasuhan anak, atau cara beraktivitas Ayah lebih bermanfaat dibanding Ibu karena mengandalkan naluri?
Penulis kisah-kisah tentang sosok ayah yang mendapat julukan sebagai Ayah Terbaik oleh majalah Time, Armin Brott, mengatakan bahwa Ibu dan Ayah pasti menerapkan cara yang berbeda saat bermain dengan anak-anak. Karenanya, dalam konteks beraktivitas dengan anak, tidak ada sebutan Ibu lebih baik dari Ayah, ataupun sebaliknya.
Seorang Ayah tentu lebih menerapkan gaya bermain yang penuh aktivitas fisik dan berisik atau gaduh. Sedangkan untuk Ibu, kegiatan bersama biasanya dilakukan dengan lebih tenang dan tidak menguras tenaga.
Walau demikian, Brott menyebut, tidak ada yang dapat disalahkan atau dianggap lebih baik antara gaya bermain Ibu dan Ayah. Dia menjelaskan, kehidupan atau kebiasaan yang dipelajari anak di tahun-tahun pertama mereka memang seringnya berasal dari permainan. Artinya, meski gaya permainan Ayah dan Ibu berbeda, namun banyak pelajaran berharga, dengan kualitas yang sama, yang dapat diserap anak.
Brott mencontohkan, umumnya Ayah akan mengajak anak bermain sesuatu yang bisa membuat mereka merasakan kebebasan. Ayah kerap mengajak anak bermain hal-hal yang beresiko, namun di saat bersamaan seorang ayah umumnya berharap anaknya kelak juga akan memahami masalah konsekuensi dan tanggungjawab.
Sedangkan di sisi lain, Ibu lebih mengajarkan anak-anak ke permainan dengan penuh hati-hati dan menggugah kesadaran anak agar lebih melakukan hal-hal yang relatif aman. Besar kemungkinan, ini dilakukan Ibu agar anak tidak merasa sakit atau kecewa ketika mengalami kegagalan.
Dengan begitu, Brott menegaskan, bahwa Ibu dan Ayah tidak akan dapat memperlakukan anak perempuan dan laki-laki dengan cara yang sama. Hanya saja, orangtua dapat memberikan anak-anak laki dan perempuan kesempatan dan dukungan yang sama berdasarkan pilihan mereka sendiri.