Nakita.id - Kini, orangtua tak boleh menyepelekan masalah kesehatan mental dan psikologis anak karena akan berdampak buruk bagi masa depannya kelak. Contohnya saja bipolar disorder. Meskipun tidak diketahui apa yang menyebabkan bipolar disorder, para periset percaya bahwa mereka dapat menemukan alasan bagi beberapa anak berisiko tinggi terhadap gangguan mental.
Dalam sebuah studi kecil, para ilmuwan di University of Texas di Houston telah mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan stres dan bipolar disorder, atau juga dikenal sebagai depresi manik.
"Kami telah mengetahui bahwa anak-anak penderita bipolar disorder memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini, namun mekanisme biologis sebagian besar tidak diketahui," kata penulis studi Gabriel R. Fries dalam sebuah rilis berita. "Dengan menganalisis kontrol darah anak-anak dan membandingkannya dengan anak-anak penderita bipolar disorder, kami mengidentifikasi beberapa penanda genetik yang dapat menjelaskan peningkatan risikonya."
(Baca juga : 10 Perilaku Anak yang Menunjukkan Tanda Gangguan Mental)
Dalam makalah yang diterbitkan dalam Translational Psychiatry, para penulis menjelaskan mekanisme yang sebelumnya tidak diketahui karena penelitian terakhir hanya mencakup orang dewasa yang sakit kronis dan bukan anak yang berisiko tinggi terkena penyakit serius.
Para peneliti menganalisis darah dari 18 anak-anak dan remaja yang dipisahkan menjadi tiga kelompok: pasien bipolar, anak-anak yang tidak terpengaruh bipolar, dan anak-anak dengan orangtua yang tidak memiliki riwayat bipolar disorder atau gangguan kejiwaan lainnya.
Dibandingkan dengan anak-anak dengan orangtua yang tidak memiliki riwayat kondisi gangguan mental, pasien bipolar disorder dan anak-anak yang tidak terpengaruh bipolar memiliki perubahan genetik dalam darah mereka yang dapat mempengaruhi bagaimana tubuh merespon stres.
(Baca juga : Penyebab, Gejala dan Pengobatan Kebutaan pada Anak)
"Kami tahu dari studi klinis tentang perilaku dan lingkungan bahwa ketika anak-anak terkena paparan stres kronis, mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena bipolar disorder," tutur Gabriel. "Orangtua bipolar mungkin berjuang karena penyakit mereka, yang menyebabkan stres lebih tinggi. Anak-anak mereka yang memiliki keturunan genetik ini bisa lebih rentan terhadap stres. "
Bipolar disorder adalah penyakit otak serius yang menyebabkan perubahan suasana hati yang tidak dapat dijelaskan. Perubahan suasana hati yang lebih bahagia dikenal sebagai “manic episodes,” sedangkan perubahan dengan perasaan sedih disebut “depressive episodes.” Gejala bervariasi pada anak-anak dan orang dewasa.
Ketika anak-anak bipolar mengalami manic episodes, ia mungkin memiliki temperamen singkat, ingin berbincang-bincang tentang banyak hal, terlibat dalam perilaku berisiko, dan sulit tidur tapi tidak merasa lelah. Selama depressive episodes, anak bipolar akan merasa tidak berharga, memiliki sedikit energi, tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan ingin bunuh diri.
(Baca juga : Dampak Usia Ayah terhadap Gangguan Mental Anak)
Ibu dapat mengembangkan kelainan mental anak pada usia berapa pun, terutama pada akhir tahun remaja atau awal dewasa, menurut National Institute of Mental Health. Diagnosis kelainan ini melibatkan seorang dokter yang menanyakan pada orangtua anak tentang perilaku, suasana hati, pola tidur, dan riwayat masalah medis keluarga, seperti depresi. Jika terbukti positif, dokter akan menawarkan berbagai perawatan, termasuk pengobatan dan terapi.