Anak Butuh Waktu Bermain di Alam Bebas Agar Cerdas

By Saeful Imam, Selasa, 6 Juni 2017 | 03:30 WIB
Di masa eksplorasi batita senang melakukan berbagai permainan yang mengasah motoriknya (Santi Hartono)

Nakita.id - Anak-anak terkadang bertingkah tak karuan saat berada di dalam rumah sepanjang hari. Banyak kekacauan yang diciptakannya, mulai ruang keluarga, segala macam mainan atau peralatan rumah tangga tersebar di mana-mana. Untuk itu, energinya yang terlalu banyak bisa disalurkan dengan lebih positif. Bagaimana caranya?

Jawaban yang paling bisa diterima adalah pergi ke taman setempat yang ada kolam airnya jika memungkinkan. Ambil jaring dan tangkap berudu, ikan atau katak air. Lihatlah bahwa saat itu anak akan sangat senang dengan berteriak sambil berlari dan melompat ke batu maupun bermain air. Untuk orangtua, sebaiknya tetap mengawasi anak agar tidak jatuh atau terpeleset ke air. Jika diperlukan, dampingi anak secara langsung.

(Baca juga : Biarkan Anak Bermain Kotor, Ini Alasannya)

Selain bermain ke taman, Ibu juga bisa mengajak keluarga mendaki gunung atau bukit yang dekat dengan air terjun atau pantai. Di sini, anak akan menghabiskan waktu bermainnya dengan penuh suka cita dan canda tawa. Artikel Randy Shore di The Vancouver Sun mengatakan bahwa Richard Louv, pembicara utama Children and Nature Network International Conference, mengklaim bahwa anak-anak lebih cenderung melaporkan masalah dengan rentang perhatian dan depresi, dan lebih cenderung diberi obat daripada sebelumnya.

Khususnya, bagi anak penderita ADHD, dalam hal ini tidak secara langsung disebabkan oleh kurangnya koneksi ke alam. Randy mencatat bahwa serangkaian penelitian dari Universitas Illinois menemukan bahwa bermain di "ruang hijau dan outdoor" membantu permainan kreatif dan membantu gejala ADHD.

(Baca juga : Ini 4 Alasan Membolehkan Anak Main Video Game (dengan Batasan))

Hal favorit anak-anak kebanyakan adalah membiarkan diri terbebas di alam bebas dengan pengawasan minimal orang dewasa. Tentunya, anak juga akan terobsesi bermain air. Namun dari hal-hal yang bisa dilakukan anak di alam bebas, ia merasa dunianya berpusat padanya, tanpa adanya orang dewasa. Ia ingin mengatasi dirinya sendiri, kata Randy.

Profesor Universitas Harvard E.O. Wilson mengatakan bahwa kita dilahirkan dengan kecintaan pada alam, cinta yang ia sebut biophilia. Hal ini dibutuhkan khususnya anak-anak untuk kesehatan psikologis, fisik, dan spiritual. Anak juga seharusnya dibiarkan bereksplorasi dengan lingkungan di sekitarnya. Biarkan ia bermain air, tanah atau lumpur untuk mendukung kecerdasannya.

Namun, jangan biarkan anak bermain api sembarangan. Bila Ibu takut anak memegang langsung hewan-hewan liar dengan kedua tangannya, Ibu dapat memberikannya jaring agar anak mudah menangkap dan dimasukkan ke dalam wadah yang layak.

(Baca juga : Rambu-Rambu Bermain Bersama Anak)

Semakin sering anak bermain bersama di alam bebas, semakin baik. Seperti yang dikatakan Richard, "Ketika anak-anak bergaul dengan anak-anak lain, mereka mulai bermain kreatif, menyusun peraturan dan permainan mereka sendiri, yang hampir lenyap dari pengalaman masa kecil di perkotaan."

Ibu mungkin harus mengumpulkan teman-teman sebaya anak untuk bisa diajak bermain bersama-sama. Walaupun kebersihan anak memang  penting bagi kesehatannya, anak yang bermain lumpur atau basah-basahan tidak apa-apa. Menjadi kotor dan lengket juga wajar karena anak pantas mendapatkan pengalaman ini demi kesejahteraan dan kehidupan berkualitas di masa mendatang.