6 Hal Yang Tidak Boleh Dikatakan Kepada Anak Orang Lain

By Soesanti Harini Hartono, Jumat, 26 Mei 2017 | 05:00 WIB
Pertanyaan ()

nakita.id. Saking "kepo"nya,  mungkin tanpa sadar kita sering menegur atau bertanya kepada anak orang lain. Tolong tahan mulut karena sejatinya ada hal-hal yang tidak pantas ditanyakan karena akan menyinggung perasaan atau menimbulkan ketidaksukaan si anak maupun orangtuanya. Berikut paparan psikolog Lynn Andriani seperti yang dikutip dari Oprah.com, tentang apa saja yang sebaiknya tidak dilontarkan kepada anak orang lain; 1. "Kok, kamu tidak mirip ibu/ayahmu." “Saya punya teman yang pirang dan bermata biru, sementara suaminya berdarah Afrika Utara dengan rambut gimbal panjang. Mereka memiliki dua anak biologis yang cantik-cantik, namun setiap anak hampir tidak memiliki kemiripan dengan orangtuanya. Mereka punya wajah yang unik, campuran antara Afrika dan Amerika. Ini baru kasus anak biologis. Bagaimana bila terjadi pada anak hasil adopsi. Maka mencari-cari ketidakmiripan dengan orangtua mereka di saat usia mereka masih balita bisa membuatnya merasa kehilangan, terisolasi atau bingung,” papar Lynn.

2. "Kamu nakal, ya." Etika bermain bisa jadi rumit bagi orangtua. Sah-sah saja bila keamanan anak sendiri menjadi prioritas namun belum tentu “aman” dari anak lain. Ada anak yang secara aktif melakukan hal-hal yang berbahaya (entah itu mendorong anak lain,  melempar pasir atau mengejek) sementara ibu, ayah, atau pengasuhnya mungkin tidak memerhatikannya. Jadi saat anak kita didorong, naluri kita mungkin (dan bisa dimengerti) untuk memarahi anak yang tidak berperasaan. Alih-alih membentak atau memarahi, apalagi memberi label nakal, katakan "Ups! Tolong jangan dorong," lalu ajak anak menjauh. Beri jarak antara anak Ibu dan yang menyebabkan masalah. Memarahi anak orang lain bukan tugas kita, sebab bagaimanapun, mengasuh anak sendiri adalah tanggung jawab yang cukup besar, apalagi mencoba mengoreksi orang lain. 3. "Ih, kamu lucu dan menggemaskan!" Kalau diucapkan di depan anak yang sendirian, aman-aman saja. Tapi kalau ada kakaknya di sebelahnya, yang tentu saja sudah melewati masa menggemaskan, pertimbangkanlah dengan seksama. Seorang anak berusia tujuh atau delapan tahun pasti memerhatikan saat orang asing berkomentar tentang adiknya. Bila itu berupa pujian, perasaan kakak bisa “terluka”. Mengapa tidak memberi komentar untuk mengakui keduanya? Yang tulus, seperti “Ih, kamu lucu dan menggemaskan!” lalu segera berpaling pada si kakak,  "Senyum kamu luar biasa manis!" Hal ini bisa sangat berarti bagi anak kecil. 4. "Anak laki-laki tidak memakai warna pink." “Saat musim panas lalu, ketika anak lelaki saya mengenakan celana pendek berwarna pink dengan kemeja polo putih dan seorang kenalan berkata kepadanya, ‘Anak laki-laki tidak memakai warna pink’. Anakku merengek minta cepat-cepat pulang. Padahal saya tak peduli anak saya memakai warna apa pun sepanjang mereka tidak kegatalan atau kepanasan dengan apa yang dipakainya,” kata Lynn. Harap diketahui Bu, orangtua milenial tidak lagi membedakan warna berdasarkan jenis kelamin. Jadi, jangan berkomentar apa pun tentang warna baju yang dipakai anak orang lain meski mungkin terlihat janggal di mata Anda.

5. "Ini kakak atau pamannya?” Bila bertemu dengan saudara kandung yang beda usianya jauh, mungkin ada seribu satu alasan yang bersifat pribadi. Skenario terbaik adalah orangtua hanya ingin menunggu sebelum memiliki anak lagi. Skenario terburuk: Mungkin ada masalah kesuburan, perkawinan atau perjuangan finansial. Dan yang lebih buruk lagi: Mungkin ada seorang anak di antaranya, yang meninggal dunia. Kita tidak pernah tahu keadaan di seputar mereka, jadi yang paling aman adalah tidak bertanya.

6. "Apakah ibumu bekerja?" Mohon maaf, Anda bukan pemberi nafkah pada anak tersebut, jadi bertanya apakah orangtuanya bekerja atau tidak, memang bukan urusan Anda. Jadi enyahkan jauh-jauh keinginan menanyakan hal tersebut. (*)