Nakita.id - Bagi Ibu yang sedang berusaha hamil, setiap bulan pasti selalu diisi dengan harap-harap cemas, semoga si tamu bulanan tidak lagi datang. Begitu mengetahui bahwa Ibu sudah terlambat menstruasi, inginnya pasti langsung membeli alat tes kehamilan untuk mencari tahu apakah Ibu hamil atau tidak.
Tapi tunggu dulu, Bu! Mengetes kehamilan itu ada waktunya, sehingga hasil yang didapat pun akurat. Yang jelas, tes kehamilan sudah bisa dilakukan bila Ibu mengalami beberapa gejala hamil, misalnya tidak datang bulan, payudara terlihat membesar, terasa lebih lembek, dan cenderung membengkak, atau Ibu sering merasa lelah. Gejala lainnya adalah frekuensi buang air kecil yang meningkat dan Ibu mengalami mual dan muntah-muntah.
Sekarang ini, ada beberapa jenis tes kehamilan yang tersedia. Ayo simak dan cari tahu kapan saat tepat melakukan tes kehamilan ini:
1. Tes Urin Tes ini mendeteksi keberadaan hormon kehamilan yang disebut hCG atau human chorionic gonadotropin. Hormon ini bisa ditemukan dalam darah Ibu begitu sel telur yang telah dibuahi sukses menempel di dinding rahim, biasanya pada hari ke-6 setelah pembuahan.
Menurut American Pregnancy Association, level hormon hCG meningkat dua kali lipat setiap 2-3 hari, dan mencapai puncaknya pada minggu ke-8 hingga ke-11 kehamilan, kemudian mulai menurun. Hormon hCG biasanya dideteksi melalui tes urin sekitar 12-14 hari setelah konsepsi.
Tes urin bisa dilakukan sendiri di rumah atau di ruang praktik dokter. Bila Ibu menggunakan alat uji kehamilan rumahan yang dibeli di apotik atau toko obat, tes bisa dilakukan pada hari pertama setelah telat haid. Tapi, banyak merek menganjurkan agar tes dilakukan beberapa hari setelah telat haid, agar hasilnya lebih akurat.
Alat uji kehamilan rumahan mudah digunakan. Namun, penting sekali untuk mengikuti instruksi pemakaian sesuai dengan yang tertera di kemasan, agar hasilnya bisa akurat. Biasanya, hasilnya terlihat dalam 3-10 menit, berupa munculnya dua garis atau simbol plus pada alat tes.
Supaya lebih yakin, Ibu bisa melakukan tes kedua kalinya dalam kurun waktu sekitar 1 minggu setelah tes pertama. Tes kedua ini bisa memberikan hasil lebih akurat, karena ada kemungkinan hasil pertama agak samar akibat level hCG yang masih terlalu rendah.
Tes urin juga bisa dilakukan di ruang praktik dokter dan waktunya bisa lebih awal daripada tes urin yang dilakukan di rumah. Biasanya, dokter meminta Ibu memberikan sampel urin yang kemudian diuji di laboratorium. Hasil tes bisa segera keluar, namun ada kemungkinan juga Ibu baru bisa dapat hasilnya dalam waktu seminggu. Meski tingkat akurasinya sama dengan yang dilakukan di rumah, tes yang dilakukan di laboratorium bisa mencegah terjadinya kesalahan yang mungkin Ibu lakukan saat menggunakan alat tes rumahan.
2. Tes Darah Tes darah kurang umum dibandingkan tes urin dan hasilnya juga makan waktu lebih lama daripada tes urin. Biaya tesnya pun relatif lebih tinggi daripada tes urin. Namun, pengujian melalui sampel darah ini bisa dilakukan lebih dini daripada tes urin.
Ada dua jenis tes darah yang bisa Ibu jalani. Pertama tes darah hCG kualitatif, yang memeriksa level hCG sekitar 11 hari setelah terjadi konsepsi. Sedangkan yang kedua adalah tes darah hCG kuantitatif, yang bertujuan mengukur hCG pada level tertentu, bahkan pada level terendah sekalipun.
Bila hasil tes ini tidak sesuai seperti yang diharapkan dokter, ada kemungkinan Ibu melakukan tes lanjutan. Misalnya, saat level hCG lebih tinggi atau lebih rendah daripada ekspektasi dokter, yang didasarkan perkiraan usia kehamilan Ibu saat itu. Tes darah juga bisa mengetahui apakah Ibu mengalami gangguan kehamilan, seperti kehamilan ektopik atau keguguran, serta mengetahui tanggal perkiraan melahirkan yang lebih akurat.
3. Tes Online Beberapa situs dan aplikasi ponsel memungkinkan Ibu untuk memeriksa apakah sedang hamil atau tidak. Tes online seperti ini bisa menjadi sumber informasi, tapi sebaiknya tidak dijadikan sebagai pengganti tes kehamilan yang sebenarnya.