Satu Lagi Alasan Ibu Tidak Boleh Obesitas Saat Hamil

By Dini Felicitas, Selasa, 30 Mei 2017 | 05:00 WIB
Jika ketuban pecah sebelum waktunya, amati warna dan baunya. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Banyak dokter menyarankan agar Ibu mengawali kehamilan dengan berat badan yang proporsional. Hal ini bukannya tanpa alasan, Bu. Sebab, kondisi berat badan yang berlebihan hingga obesitas pada saat hamil bisa membuat Ibu mengalami sejumlah gangguan kesehatan.

Tidak hanya itu, kegemukan saat hamil akan berpengaruh pada bayi Ibu nanti. Salah satunya adalah peluang anak Ibu untuk mengalami epilepsi. Tentu saja, tidak semua ibu yang kegemukan sejak awal kehamilannya lantas melahirkan anak yang mengalami epilepsi. Namun, hasil studi yang dilakukan di Swedia ini bisa jadi pertimbangan Ibu.

Menurut salah satu peneliti, Dr. Eduardo Villamor, Profesor di bidang Epidemiologi dari University of Michigan School of Public Health, risiko anak mengalami kejang akibat epilepsi meningkat seiring dengan pertambahan berat badan saat hamil. "Pada ibu yang kegemukannya termasuk kategori sangat parah, risiko epilepsi pada anak bisa mencapai 82%," kata Villamor.

Dengan menganalisis data medis dari 1,4 juta bayi yang lahir antara 1997-2011 di Swedia, tim peneliti menemukan bahwa peluang anak mengalami epilepsi dapat berhubungan dengan tingginya indeks massa tubuh sang Ibu saat berada dalam usia kehamilan 14 minggu.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah estimasi banyaknya lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan seseorang. IMT dapat dibilang normal apabila berada dalam kisaran 18,5-24,9. Sementara IMT antara 25-29,9 menandakan Ibu mengalami kelebihan berat badan, dan jika di atas 30 berarti termasuk obesitas.

Memang, kelebihan berat badan tidak secara langsung menyebabkan anak mengalami epilepsi. Namun, kondisi berat badan Ibu yang tidak proporsional ini bisa memperbesar peluang bayi mengalami berbagai masalah selama dalam kandungan maupun saat persalinan, sehingga ini bisa berpengaruh terhadap risikonya mengalami epilepsi.

Ibu yang kelebihan berat badan berisiko melahirkan anak secara prematur dan mengalami kelainan bawaan, sehingga risiko epilepsinya meningkat. Masalah dalam proses persalinan berupa trauma atau kekurangan asupan oksigen juga berpengaruh pada kondisi otak bayi, sehingga bisa membuatnya lebih berisiko mengalami epilepsi.

Berat badan Ibu yang berlebihan atau obesitas dapat membuat tubuh lebih rentan mengalami peradangan. Hal ini juga bisa memengaruhi perkembangan otak janin selama di kandungan.

Selain itu, berat badan berlebihan juga bisa berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan, yang nantinya dapat berkontribusi terhadap risiko epilepsi, misalnya kebiasaan merokok atau minum alkohol, kekurangan vitamin, atau masalah yang berhubungan dengan status sosial dan ekonomi Ibu.

"Kelebihan berat badan dan kegemukan adalah faktor risiko yang bisa diubah. Jadi, sebenarnya peluang anak bisa mengalami epilepsi ini bisa diturunkan jika Ibu mau menurunkan berat badannya," kata Neda Razaz, kandidat pascadoktoral di Karolinska Institute, Stockholm, Swedia, yang jadi peneliti utama dalam studi yang dimuat di JAMA Neurology April 2017 lalu.

Yang bisa bikin Ibu sedikit lega, Dr. Steven Wolf, Direktur Program Epilepsi Anak dari Mount Sinai Health System di New York City, menyatakan bahwa angka risiko keseluruhan untuk epilepsi anak sebenarnya terbilang rendah, bahkan jika ibunya termasuk kategori punya berat badan berlebihan atau obesitas.

Semoga hasil penelitian ini bisa jadi alasan bagi Ibu untuk tidak mengalami obesitas saat hamil.