Ini Alasannya Mengapa Bayi Baru Lahir Perlu Disuntik Vitamin K

By Soesanti Harini Hartono, Jumat, 2 Juni 2017 | 01:00 WIB
Pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir sudah menjadi hal rutin dilakukan di rumah sakit-rumah sakit. Obatnya tidak mahal, dan efek penyelamatannya sangat besar. (Santi Hartono)

nakita.id. Bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna. Secara fisiologis, kadar vitamin K dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran.

Pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan, karena fungsi vitamin K ini sangat penting dalam proses pembekuan darah.  Asal tahu, permasalahan akibat PDVK (Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K)  adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kematian 10 – 50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 24 jam setelah dilahirkan sampai 6 bulan, dengan akibat angka kecacatan 30 – 50%.   Pada jam-jam pertama kehidupannya hingga dua mingguan adalah masa riskan seorang bayi bila saat ia lahir belum mendapatkan suntikan vitamin K. Padahal, bayi rentan perdarahan karena dalam persalinan normal ataupun sesar, bayi berisiko mengalami trauma di bagian otak.

MENCEGAH PERDARAHAN DI OTAK DAN PERDARAHAN PASCA IMUNISASI

Menurut dr. Desiana Dharmayani SpA dari RSIA Evasari – Jakarta, gejala kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas. Sekitar 1/3 kasus terjadi tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemberian suntikan vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir.  Namun, apabila sudah terjadi perdarahan, ini akan terlihat pada perdarahan yang terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran cerna yang ditandai oleh muntah atau tinja yang kehitaman. Bayi jadi terlihat pucat.  Perdarahan sering kali terjadi spontan. Yang paling serius adalah perdarahan dalam otak yang dapat dikenali melalui gejala seperti sakit kepala, muntah tiba-tiba, menangis terus menerus, ubun-ubun besar membonjol, kejang sampai dengan penurunan kesadaran. Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut menjadi kecacatan otak bahkan kematian.

 Perlu juga diketahui, bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di antaranya obat anti kejang dan obat anti tuberkulosis selama kehamilan, bayi yang mendapatkan antibiotik berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri normal usus yang hasilkan vitamin K), dan bayi yang mengalami diare terus-menerus dan gangguan penyerapan usus.

Secara nasional belum ada data PDVK, sedangkan data dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM (tahun 1990-2000) menunjukkan terdapatnya 21 kasus, di antaranya 17 (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (http://health.kompas.com).   Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena PDVK berkisar antara 1: 1200 sampai 1 : 1400 Kelahiran Hidup. Angka tersebut dapat turun menjadi 1: 10.000 dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

Selain itu, suntikan vitamin K juga bermanfaat saat si kecil mendapat imunisasi. Sebabnya, salah satu akibat defisiensi vitamin K terlihat pada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa perdarahan yang timbul sekitar 2 jam sampai 8 hari paska imunisasi. Dari data Komnas KIPI jumlah kasus perdarahan paska imunisasi yang diduga karena defisiensi vitamin K selama tahun 2003 sampai 2006 sebanyak 42 kasus, dimana 27 kasus (65%) di antaranya meninggal.

BAGAIMANA DAN KAPAN PEMBERIANNYA?

Vitamin K diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia 2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2 minggu, dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitamin K sendiri.

Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra muskular)  pada setiap bayi baru lahir, ataupun di minum (oral) yang diberikan tiga kali (saat bayi baru lahir, usia 3-7 hari, dan pada umur 4-8 minggu).

Namun Desiana mengakui, pemberian lewat suntikan lebih praktis dibanding dengan cara diminum. Bila dengan cara diminum harus diulang tiga kali minum dan dikhawatirkan Mama lupa pada pemberian yang kedua dan ketiga. Desiana sendiri belum pernah memberikan dengan cara diminum. “Mungkin bentuknya puyer, tetapi jarang dokter yang memakai preparat itu,” katanya.

Pemberian suntikan vitamin K paling tidak sudah harus dilakukan sampai bayi berusia 2 minggu, karena bayi-bayi usia sampai 2 minggu sangat besar risikonya terjadi perdarahan. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, apalagi saat usia 6 bulan sudah mendapatkan MPASI, bakteri normal dalam ususnya bisa memproduksi vitamin K sendiri, sehingga di masa ini tidak perlu lagi suntikan vitamin ini.