Faktor Hormon Memicu Ibu di Atas 35 Tahun Terlambat Melahirkan

By Dini Felicitas, Senin, 5 Juni 2017 | 00:45 WIB
Mengapa Ibu Hamil Terlihat Lebih Cantik? (Gisela Niken)

Nakita.id - Banyak ibu zaman sekarang tidak segera punya anak setelah menikah, misalnya karena ingin mengejar karier dulu. Laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, dalam empat dekade ini jumlah ibu yang memilih punya anak pada usia di atas 35 tahun meningkat drastis, yaitu dari 1,7 per 1.000 kelahiran pada 1973 menjadi 11 per 1.000 kelahiran pada 2012.

Saat memutuskan untuk punya anak pada usia di atas 35 tahun, ternyata kehamilan yang dijalani juga penuh tantangan. Riset dari Inggris membuktikan, hamil anak pertama pada usia lanjut bisa membuat Ibu lebih berisiko mengalami komplikasi selama hamil.

Menurut riset yang dimuat di jurnal Physiology ini, komplikasi selama kehamilan juga bisa berpengaruh terhadap persalinan. Ibu berusia lanjut cenderung melahirkan lewat bedah. Selain itu, ada kemungkinan persalinan akan tertunda (meleset dari perkiraan), serta lamanya persalinan pun bisa semakin panjang.  

Para peneliti dari King's College London (KCL), Inggris memaparkan bahwa komplikasi yang dialami saat persalinan ini dapat berhubungan dengan gangguan kontraksi yang dialami saat Ibu berada dalam proses persalinan.

Sebagai informasi, supaya rahim Ibu bisa mengalami kontraksi, faktor hormonal dan sel punya peranan yang cukup penting. Hormon oksitosin yang dilepaskan pada proses persalinan akan memungkinkan terjadinya kontraksi. Sementara hormon progesteron memperkuat dinding di area panggul sehingga dapat mendukung persiapan kontraksi. Yang tidak kalah berperannya adalah mitokondria, bagian-bagian kecil dalam sel yang bertugas menghasilkan energi. Energi dibutuhkan oleh otot rahim untuk bisa mengalami kontraksi.

Nah, pertambahan usia ternyata bisa berpengaruh terhadap kerjasama ketiga faktor di atas. Semakin tua usia Ibu, otot di rahim semakin kurang responsif terhadap kontraksi yang telah didorong oleh hormon oksitosin, apalagi ditambah dengan jumlah mitokondria yang semakin sedikit. Kontraksi pun dapat semakin bermasalah. Sementara perubahan pada hormon progesteron membuat persalinan bisa tertunda.

"Di samping itu, kemajuan yang dicapai dalam proses persalinan cenderung lambat," kata Dr. Rachel M. Tribe, peneliti yang juga pakar di bidang kesehatan wanita di KCL.

Sementara Dr. Rima Patel, asisten peneliti dari Divisi Kesehatan Wanita KCL dan salah satu peneliti studi ini menambahkan,  temuan ini dapat menjadi pertimbangan bagi para Ibu berusia lanjut dalam merencanakan kehamilannya. "Dokter dan Ibu perlu bertolak dari faktor usia ini agar bisa menentukan strategi manajemen kehamilan yang baik, sehingga kehamilan serta persalinan bisa berjalan lancar," kata Dr. Patel.