Ini Manfaat Uji Saring Neonatus Pada Bayi Baru Lahir Yang Perlu Ibu Tahu

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 5 Juni 2017 | 04:30 WIB
Skrining atau uji saring neonatus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk uji saring (72-120 jam setelah kelahiran) untuk mendeteksi penyakit bawaan. (Santi Hartono)

nakita.id. Skrining atau uji saring neonatus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk uji saring (72-120 jam setelah kelahiran) untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit yang dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi, bahkan dapat berakibat komplikasi yang serius.

Baca juga: Mendeteksi Kecacatan Pada Janin

“Jika ibunya memiliki riwayat toksoplasma, dokter akan memeriksa kemungkinan si bayi terkena penyakit bawaan dari ibunya. Maka disarankan bayinya melakukan skrining berupa uji saring neonatus. Yang pertama dilihat adalah pemeriksaan fisik bayi dulu. Lalu dilihat riwayat penyakit yang diderita ibunya yang bisa memengaruhi perkembangan bayi selama dalam kandungan. Hal itu untuk mengetahui apakah ada kelainan setelah bayinya lahir,” papar dr.  Pulung Silalahi Sp.A., Spesialis Kesehatan Anak di RSIA Budhi Jaya – Jakarta Selatan. Selain riwayat toksoplasma, dokter juga menyarankan skrining bila dicurigai adanya kelainan hipotiroid, down syndrome, dan anemia.

MELALUI PEMERIKSAAN DARAH

Cara melakukan uji saring neonatus yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah pada bayi yang biasanya diambil dari tumit bayi (heel prick) kemudian diteteskan pada kertas saring. Hanya dengan pemeriksaan sederhana seperti ini dan dilakukan sekali, sudah bisa didapat hasil yang akurat tentang penyakit pada si bayi.

Baca juga: Pemeriksaan Untuk Deteksi Dini Down Syndrome

Setelah kelainan pada bayi ditemukan, selanjutnya akan diobservasi dan ditindaklanjuti dengan penanganan yang adekuat sedini mungkin. Tujuannya, jangan sampai penyakitnya bertambah berat yang dapat mengakibatkan komplikasi serius atau mengganggu tumbuh-kembang bayi.

Contohnya, bila diketahui ada kelainan hipotiroid, akan periksa TSH atau Thyrotropine stimulating hormone, serta pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya seperti jantung dan pemeriksaan darah lengkap. Hasil ini juga dapat menjadi acuan penanganan selanjutnya.  “Kalau serangkaian pemeriksaan confirmed ada kelainan hipotiroid, segera ditangani dengan pemberian hormon tiroid sejak dini,” tambah Pulung.

MENGHINDARI KECACATAN PERMANEN DAN KEMATIAN

Mengulang keterangan Pulung, bayi yang memiliki kelainan hipotiroid kongenital dan defisiensi G6PD (Defisiensi Glucose-6-phosphate dehydrogenase) akan nampak normal saat lahir, tetapi cepat atau lambat kondisi tersebut akan memengaruhi otak bayi atau perkembangan fisik dan masalah medis lainnya. Bahkan, dapat mengakibatkan komplikasi berupa kecacatan permanen.

“Diagnosis dan penanganan ini dapat mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) yang diakibatkan penyakit keturunan/bawaan, sehingga dapat membantu buah hati tumbuh dan berkembang secara normal.”

Jadi memang tak ada salahnya melakukan pemeriksaan uji saring neonatus ini sebelum semuanya terlambat. Kabar baik seperti yang disampaikan Pulung, saat ini memang hanya bayi-bayi yang dicurigai membawa kelainan bawaan/penyakit keturunan saja yang menjalani skrining ini, “Namun kami para dokter anak sedang berjuang agar pemerintah mempunyai program untuk melakukan uji saring neonatus secara umum terhadap bayi yang baru lahir sebelum dibawa pulang ke rumah. Sepertinya tinggal menunggu waktu saja.” Kita doakan semoga program ini segera terwujud. (*)