Kesalahan Orangtua Ketika Mengenalkan Puasa Pada Anak

By Saeful Imam, Selasa, 20 Juni 2017 | 04:00 WIB
Puasa: Mengajarkan Anak-anak Disiplin Spiritual (Ida Rosdalina)

Nakita.id - Bulan Ramadan, juga dikenal sebagai bulan puasa. Dan kini, keluarga yang menjalankan puasa sedang sibuk dengan persiapan puasa dan Hari Raya yang akan datang. Mungkin tahun ini sedikit berbeda ketika kita para orangtua ingin mengenalkan anak untuk berpuasa.

Sementara, kewajiban puasa hanya diperuntukkan anak yang telah mengalami pubertas, namun membuat anak belajar puasa sebelum usia tujuh tahun adalah cara yang baik untuk membantu anak berlatih secara bertahap, kemudian ia akan terbiasa secara konsisten mengembangkan cinta melakukan puasa di bulan suci ini.

(Baca juga : Disiplin Spiritual? Ternyata Anak Bisa Belajar Memahaminya Lewat Berpuasa)

Saat membuat anak berpuasa untuk pertama kalinya, kita sebagai orangtua mungkin merasa cemas atau tidak yakin bagaimana cara melakukannya. Dasar-dasar inilah yang membuat orangtua sering melakukan kesalahan ketika ingin mengenalkan puasa pada anak, di antaranya:

1. Memaksa anak berpuasa

Banyak orangtua terlebih dahulu mengenalkan anak untuk berpuasa di mana saja antara usia empat sampai enam tahun. Namun, sebaiknya kita sebagai orangtua tidak memaksakan anak untuk berpuasa. Jika anak tidak tampak siap atau jika anak sudah mencoba tapi perlu berjuang, terima isyarat anak dan biarkan ia makan. Bagaimanapun, anak usia ini masih sangat muda. Ingatlah bahwa setiap anak berbeda.

Sebaiknya, perkenalkan puasa secara progresif. Misalnya dengan membiarkan anak berpuasa setengah hari, lalu berangsur-angsur maju menjadi tiga perempat hari dan akhirnya sepanjang masa puasa. Ketika sampai di tahun pertama taman kanak-kanak, anak biasanya bisa berpuasa sejak fajar hingga senja, untuk sebulan penuh, tanpa tekanan.

(Baca juga : Jangan Paksa Anak Untuk Berpuasa)

Jadi untuk membuat anak-anak mau berpuasa, ingatlah seberapa muda usianya. Perhatikan saat anak berpuasa, terutama jika anak baru mencobanya untuk pertama kalinya. Jika ia tampak mengalami dehidrasi, atau terlalu lelah, Ibu bisa mempertimbangkan anak untuk berbuka puasa lebih awal.

2. Membanding-bandingkan

Sekali lagi, saat membuat anak mau berpuasa, ingatlah bahwa setiap anak berbeda. Puasa bukanlah sebuah kompetisi atau waktu untuk memamerkan anak siapa yang mulai berpuasa terlebih dahulu. Ini hanya akan menghilangkan makna ibadah itu sendiri di bulan suci.

Jangan membuat anak merasa kurang jika ia tidak dapat menyelesaikan puasanya. Mereka masih kecil dan karena itu, mereka harus mengambil langkah kecil. Bahkan di dalam keluarga, membuat anak mau berpuasa bisa dijadikan ajang untuk membandingkan dan membuat puasa terasa seperti kompetisi di antara saudara kandung. Hindari melakukan hal ini karena membuat anak merasa sedih atau tidak enak jika ia tidak bisa berpuasa dapat cepat ketika saudaranya lebih mampu.