Kehamilan Setelah Kanker Payudara Tidak Meningkatkan Risiko Kambuh di Kemudian Hari

By Ida Rosdalina, Senin, 12 Juni 2017 | 08:15 WIB
Kiat Mencegah Autisme Sejak Dalam Kandungan (Gisela Niken)

Nakita.id - Perempuan yang pernah menderita kanker payudara sering memilih untuk tidak kehamilan karena khawatir akan meningkatkan kemungkinan kambuhnya kanker. Namun sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 1.200 perempuan yang dipresentasikan pada pertemuan American Society of Clinical Oncology (ASCO) di Chicago, menunjukkan bahwa mereka mungkin dapat memiliki bayi tanpa meningkatkan risiko kemunculan kanker kembali.

"Temuan ini memberikan penghiburan bagi penderita kanker payudara bahwa memiliki bayi setelah diagnosis kanker payudara kemungkinan tidak meningkatkan risiko kanker mereka kembali," kata Dr. Erica Mayer, pakar kanker payudara dari Dana Farber Cancer Institute.

(Baca juga : Kenali 7 Gejala Awal Munculnya Kanker)

Perempuan yang pernah menderita kanker payudara kemungkinan besar adalah penderita kanker yang paling banyak memiliki bayi setelah mendapat diagnosis, karena sebagian besar perempuan khawatir bahwa tingginya produksi hormon yang dilepaskan selama kehamilan dapat menyebabkan sel kanker yang tersembunyi mulai berkembang.

Ini adalah perhatian khusus bagi perempuan dengan kanker payudara reseptor estrogen positif (ER-positive), yang diberi makan oleh hormon estrogen. Perempuan dengan kanker ini mengonsumsi obat penghambat estrogen selama lima dan terkadang 10 tahun untuk mencegah kanker muncul kembali.

Bagi perempuan penderita kanker tersebut, kehamilan berarti berhenti sejenak dari terapi, yang telah terbukti mencegah kanker datang kembali. Penelitian tersebut melibatkan 1.207 perempuan di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita kanker payudara non-metastatik sebelum 2008.

(Baca juga : Pola Makan ini Dapat Mengurangi Risiko Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker)

Sebagian besar (57%) menderita kanker payudara ER-positif. Dari jumlah tersebut, 333 perempuan tengah hamil. Setelah sekitar 10 tahun masa tindak lanjut, tidak ada perbedaan signifikan dalam timbulnya sel kanker antara ibu yang memiliki bayi dan ibu yang tidak memiliki bayi.

“Temuan kami memastikan bahwa semangant untuk hamil setelah diagnosis kanker payudara seharusnya tidak dipatahkan, bahkan bagi kanker ER-positif,” kata Dr. Matteo Lambertini dari Institut Jules Bordet di Brussels, yang memimpin penelitian ini. 

Di antara perempuan penderita kanker ER-positif, tidak ada perbedaan dalam kelangsungan hidup secara keseluruhan. Pada perempuan yang kankernya tidak diberi makan oleh estrogen, mereka yang hamil memiliki kemungkinan kematian 42% lebih rendah daripada ibu yang tidak hamil, sehingga menunjukkan bahwa kehamilan sebenarnya dapat melindungi ibu dari kambuhnya penyakit kanker. 

(Baca juga : 7 Tanda Kanker ini Sering Diabaikan Wanita)