Kebiasaan Menarik Rambut Pertanda Trikotilomania?

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 5 Juli 2017 | 02:45 WIB
. Pada anak-anak yang masih muda, kebiasaan menarik rambut seringnya datang dan pergi. (Santi Hartono)

nakita.id.  Apakah si batita suka menarik-narik rambut, alis, atau bulu matanya sendiri? Jika iya, yang pertama kali harus dilakukan orangtua adalah tidak melakukan apa-apa. Perhatikan saja ia selama satu sampai dua minggu untuk melihat kapan dan di mana ia menarik-narik rambutnya. (Biasanya hal itu terjadi saat si kecil sedang tidak melakukan apa-apa—di boks tidurnya, saat ibunya tengah membacakan dongeng, saat sedang menonton TV, saat minum dari cangkir minumnya, saat berjalan-jalan dengan mobil—dan umumnya dilakukan sambil mengisap jempol.) Adakalanya perilaku ini akan hilang dengan sendirinya.

Tapi jika ayah atau ibu sulit untuk menahan diri—dan hal itu sangat bisa dipahami—atau jika ia menarik-narik rambutnya selama lebih dari dua minggu atau ada bagian kepalanya yang menjadi pitak dan kecil kemungkinan untuk tumbuh kembali, ada baiknya ibu menghubungi dokter atau psikolog.        

Kemungkinan besarnya, batita menderita trikotilomania, suatu gangguan psikologis di mana gejalanya adalah adanya keinginan tak tertahankan untuk menarik-narik rambut sendiri. Pada anak-anak yang masih muda, kebiasaan menarik rambut seringnya datang dan pergi. Pada beberapa anak, kebiasaan itu akan hilang sama sekali, sementara pada anak yang lain hal itu akan hilang namun kemudian muncul lagi. Tapi bagi beberapa yang kurang beruntung, gangguan trikotilomania dapat berlangsung seumur hidup.

Di saat anaknya usia batita, mungkin ibunya masih sulit membedakan apakah kebiasaan menarik rambut ini hanya berlangsung untuk sementara waktu atau berkembang menjadi masalah jangka panjang. Meski begitu, ada baiknya ibu mempelajari sejumlah cara untuk mengarahkan perilaku tersebut. Karena hal ini akan efektif pada anak-anak yang masih muda, artinya semakin cepat Mama memulainya, semakin baik dampaknya bagi si kecil.

Seorang pakar merekomendasikan sejumlah terapi perilaku kognitif, misalnya dengan kombinasi menghalangi kemampuan si batita untuk menarik-narik rambutnya (seringnya dengan memakaikan sarung tangan atau kaos kaki ke tangan si kecil, atau menjahit ujung lengan baju panjang si kecil hingga tertutup) dan memberikan ia benda lain untuk mendapatkan asupan sensorik yang sangat ia inginkan. Misalnya dengan boneka binatang bertekstur lembut, selembar kain satin, sisir sikat, dan sikat gigi.   

Reaksi negatif atas perilaku ini, misalnya mengibaskan jari si kecil ketika batita memergokinya tengah menarik rambut, mengatakan “tidak”, atau marah, tidak akan berhasil dengan baik. Anak batita tidak akan mengerti mengapa ibunya bereaksi seperti itu. Beradu argumen dengan anak batita—“Kamu nggak mau jadi botak, kan?”—juga tidak ada gunanya. Anak-anak batita masih belum bisa berpikir sejauh itu.

 Yang sebaiknya diperhatikan adalah trikotilomania seringnya salah didiagnosa sebagai bentuk gangguan obsesif kompulsif (obsessive-compulsive disorder—OCD), tapi sesungguhnya tidak. Obat-obatan untuk penderita OCD biasanya tidak berdampak pada penderita trikotilomania, dan anak-anak dengan trikotilomania seringnya bisa dirawat tanpa obat-obatan. (*)