Nakita.id - Ibu hamil seharusnya tidak berada di dalam ruang bersuhu rata-rata 24 derajat Celcius atau lebih, karena berisiko terkena diabetes gestasional alias diabetes kehamilan. Sebagai perbandingan, ibu hamil yang bertahan di iklim yang lebih dingin dengan suhu rata-rata minus 10 derajat atau lebih dingin, juga sedikit berisiko terkena penyakit ini.
Hasil penelitian mencoba untuk mengetahui paparan suhu luar pada ibu hamil yang menunjukkan bahwa ibu hamil yang tinggal di daerah beriklim hangat memiliki 7,7 persen risiko diabetes gestasional yang lebih tinggi. Tentu saja ini berkaitan dengan iklim tropis di Indonesia yang saat ini cenderung bersuhu panas, terutama sangat terik di siang hari.
(Baca juga : Satu Lagi Alasan Ibu Tidak Boleh Obesitas Saat Hamil)
Setiap kenaikan suhu 10 derajat Celcius, ada peningkatan risiko enam sampai sembilan persen secara relatif, di mana hal ini menunjukkan temuan yang didasarkan pada teori bagaimana brown fat atau lemak coklat pada manusia menjadi aktif dalam iklim dingin untuk menghasilkan panas dan metabolisme di seluruh tubuh.
"Banyak yang akan berpikir bahwa pada suhu yang lebih hangat, ibu berada di luar dan lebih aktif, yang akan membantu membatasi kenaikan berat badan pada kehamilan yang menjadi predisposisi ibu terhadap diabetes gestasional," kata penulis utama Gillian Booth, seorang peneliti di Rumah Sakit St Michael di Ontario, Kanada.
"Namun, paparan dingin dapat meningkatkan kepekaan ibu hamil terhadap insulin, dengan mengaktifkan jenis lemak pelindung yang disebut jaringan lemak coklat (Brown Adipose Tissue)," tambah Gillian.
(Baca juga : 11 Fakta Seputar Pengaruh Obesitas Terhadap Kesuburan)
Selain itu, perempuan yang melahirkan di iklim yang lebih dingin, termasuk Kanada dan Amerika Serikat, yang terpapar suhu dingin selama kehamilan memiliki tingkat diabetes gestasional sebesar 3,6 persen, sementara yang terpapar suhu panas memiliki tingkat diabetes gestasional 6,3 persen.