Nakita.id - Sebaiknya, mulai sekarang orangtua lebih berhati-hati karena sering merokok di depan anak-anak. Menurut penelitian, anak-anak, terutama anak perempuan, yang terpapar asap rokok pasif di masa kanak-kanak menghadapi risiko terkena artritis lebih besar di kemudian hari.
Menurut peneliti, paparan tembakau di awal kehidupan melalui perokok pasif di masa kanak-kanak mengalami peningkatan risiko pengembangan Rheumatoid Arthritis (RA) dan Ankylosing Spondylitis (AS).
Ankylosing Spondylitis adalah radang sendi yang mempengaruhi tulang belakang dan sendi besar. Perokok pasif di masa kanak-kanak secara signifikan meningkatkan risiko Rheumatoid Arthritis pada perokok dewasa. Untuk menganalisis dampak merokok aktif dan pasif terhadap risiko pengembangan RA, populasi besar relawan perempuan yang lahir antara tahun 1925 dan 1950 secara prospektif diikuti sejak tahun 1990.
(Baca juga : Inilah Alasan Tidak Merokok di Dekat Anak)
Eksposur perokok pasif selama masa kanak-kanak meningkatkan hubungan antara risiko RA dan perokok aktif ketika dewasa. Temuan menunjukkan bahwa pada perokok, yang memiliki paparan asap rokok pasif di masa kecil, rasio bahaya adalah 1,73 dibandingkan dengan non-perokok yang tidak terpapar pada masa kanak-kanak.
Penulis utama studi Rapha le Seror dari Rumah Sakit Universitas di Paris Selatan, Prancis mengatakan, studi tersebut menyoroti pentingnya menghindari lingkungan tembakau pada anak-anak, terutama pada mereka yang memiliki riwayat keluarga RA.
Untuk mengetahui apakah merokok dikaitkan dengan kerusakan tulang belakang yang lebih cepat dan perkembangan penyakit yang terlihat pada sinar-X pada pasien di AS, tinjauan terperinci dan meta-analisis dari semua penelitian yang relevan saat ini tersedia.
(Baca juga : Riset: Anak Perempuan Rentan Alami Autisme Jika Neneknya Merokok Sewaktu Mengandung Orangtuanya Dulu)
Data gabungan yang diambil dari delapan studi yang memenuhi syarat menunjukkan hubungan yang signifikan antara merokok dan kerusakan struktural tulang belakang kumulatif. "Merokok merupakan faktor risiko utama, tidak hanya untuk kerentanan penyakit tetapi juga tingkat keparahan penyakit pada pasien AS," kata penulis utama Profesor Servet Akar dari Izmir Katip Celebi University Faculty of Medicine, Turki.