Gangguan Sensoris, Penyebab Bayi Sulit Mengisap Puting Payudara

By Dini Felicitas, Kamis, 22 Juni 2017 | 07:15 WIB
Penyebab Puting Lecet Saat Menyusui (Faras)

Nakita.id - Normalnya, semua ibu ingin memberi nutrisi bayinya dengan cara menyusui secara eksklusif. Namun, banyak faktor dan kondisi yang menyebabkan antara ibu satu dengan ibu lainnya tidak memungkinkan untuk menyusui bayi dengan mudah.

Apalagi ibu yang mengalami stres atau baby blues, menyusui justru menjadi hal yang tidak bisa dinikmati atau bahkan dihindari. Belum lagi jika menyusui itu sendiri menimbulkan ketidaknyamanan secara langsung, misalnya terjadi perdarahan, pembengkakan, infeksi, dan lain sebagainya.

Secara psikologis, sebenarnya semua bayi secara alami bisa menyusu, kecuali pada bayi yang memiliki gangguan sensoris. Salah satu gangguan sensoris yang dialami bayi adalah low muscle tone (elastisitas otot yang rendah), sehingga membuatnya kesulitan mengisap puting payudara. Memaksa mengisap puting membuatnya cepat lelah, atau tidak dapat mengisap secara efektif.

Gangguan sensoris bisa disebabkan oleh gangguan neuro (keseimbangan saraf) dan juga faktor keturunan kedua orangtua. Jika Ayah dan Ibu dulu memiliki aktivitas fisik yang sangat rendah atau sering merasa tidak kuat berlari terlalu lama, maka ada indikasi low tone pada Ayah dan Ibu yang kemudian diturunkan pada anak.

Nah, bayi yang mengalami gangguan sensoris ini biasanya kesulitan menyusu. Menarik puting payudara ke dalam mulut juga menyebabkan gag reflex (kontraksi refleks pada bagian belakang tenggorokan yang memicu muntah).

“Jadi ketika bayi didekatkan ke puting ibu, anak tidak merespon untuk langsung mengisap ASI,” tutur psikolog Roslina Verauli, saat bincang-bincang di acara #BlibliFriendshipMeetUp: First Years Mommies to-do-list!" di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (20/6) lalu. Jika mampu memproduksi ASI, sang ibu biasanya harus berkorban untuk menahan rasa sakit akibat payudara yang lecet, berdarah, atau bengkak.

Meskipun bayi pada akhirnya belajar untuk menoleransi puting supaya bisa menyusu, ia akan menjadi anak yang susah makan di kemudian hari, mudah tersedak karena tekstur makanan yang berbeda, dan menolak menyentuh makanan atau makan dengan tangannya, demikian menurut Tracey le Roux, pakar Terapi Okupasi Pediatri yang juga pengelola situs OT Mom Learning Activities.

Aroma makanan juga bisa menyebabkan bayi yang memiliki gangguan sensoris ini menolak makan. Anak jadi cenderung memimlih makanan lunak dengan tekstur yang sama terus-menerus, dan menghindari makanan yang bahan-bahannya dicampur, seperti semur atau sup. Memasukkan makanan ke mulut dan mengunyah dengan benar saja menjadi tantangan tersendiri buatnya.

Tracey menambahkan, anak batita dengan low muscle tone atau perencanaan motorik yang kurang akan kesulitan mengenali seberap besar dorongan yang digunakan untuk mengangkat gelas minum, dan sering menumpahkan makanan.