Cara Menciptakan Lingkungan Tidur yang Aman untuk Bayi

By Ida Rosdalina, Rabu, 28 Juni 2017 | 08:00 WIB
6 Pertimbangan Sebelum Memakai Popok Sekali Pakai (Dini)

Nakita.id - Selama bertahun-tahun, dokter anak telah menyarankan orang tua selama bertahun-tahun untuk menidurkan bayi dalam posisi telentang, dan menjauhkan selimut lembut, bemper, boneka binatang atau bantal dari boks bayi karena berisiko mati lemas. Namun, beberapa tanda peringatan dan rekomendasi untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) tidak begitu disimak baik-baik oleh sebagian orang tua.

Setiap tahun, sekitar 3.500 bayi meninggal dunia akibat kematian yang berkaitan dengan tidur. Jadi, mungkin panduan “tidur aman” dari AAP yang diperbarui akan menjadi dorongan yang menyadarkan orang tua akan pentingnya menjaga keselamatan bayi ketika tidur di malam hari.

(Baca juga : Yuk, Ciptakan Lingkungan Rumah Yang Aman Untuk Anak)

Laporan kelompok pakar ini mengulangi anjuran yang pernah dikemukakan dalam panduan 2011, yaitu: Selalu menidurkan bayi dalam posisi telentang di atas permukaan yang keras, jauhkan objek empuk dari tempat tidur. Hindari menggunakan ganjal atau penjaga posisi tidur karena AAP menggolongkan perangkat-perangkat ini dalam perangkat tidur empuk yang berisiko. Ibu boleh menggunakan empeng. Dan menyusui direkomendasikan karena bisa mengurangi risiko SIDS hingga 50 persen.

AAP mengatakan bahwa bayi harus tidur di kamar orang tua, di tempat tidur terpisah, seperti keranjang bayi, setidaknya selama enam bulan pertama. Namun, sebuah studi baru yang dipimpin oleh seorang dokter anak di Penn State College of Medicine dan diterbitkan dalam jurnal Pediatrics tidak setuju. Periset menganalisis bahwa bayi tidur lebih lama pada saat mereka tidur di kamarnya sendiri.

Pada usia 9 bulan, bayi yang di kamar mereka sendiri tidur 40 menit lebih lama di malam hari dan 20 menit lebih lama secara keseluruhan, dibandingkan dengan bayi yang tidur di kamar orangtua mereka. "Saya pikir pesan back-to-sleep telah terdengar lantang dan jelas," kata Rachel Y. Moon, M.D., FAAP, penulis utama penelitian.

(Baca juga : Tip Agar Batita Aman di Rumah)

Itulah sebabnya, pedoman baru ini secara khusus membahas fakta hidup yang penting bagi Ibu dan Ayah baru. Terkadang, orang tua yang kelelahan mungkin tertidur saat memberi makan bayinya. Pada dasarnya, co-sleeping ini terjadi, meski orangtua mungkin tidak berniat melakukannya, dan meski itu juga berbahaya.

Ia menambahkan bahwa hal yang sama berlaku untuk berbagi tempat tidur, "Beberapa orang tua berpikir jika bayi berada tepat di samping mereka, mereka dapat mengetahui apakah ada masalah dan mampu melindungi bayi. "

Sama berbahayanya dengan tidur nyenyak di tempat tidur, tidur dengan bayi di sofa bahkan lebih buruk lagi, kata AAP. "Tidak peduli apa, bayi tidak boleh tidur di sofa, terutama dengan orang lain." Karena, bayi bisa terjepit di antara orang dan bantal, kata Dr. Michael H. Goldstein, M.D., FAAP, seorang anggota neonatologis.

Sebuah studi 2016 dari AAP menemukan bahwa jumlah bayi yang mengkhawatirkan masih tidur dengan cara yang tidak aman, meningkatkan risiko SIDS pada bayi usia 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Sebelumnya, peneliti hanya bertanya kepada orang tua bagaimana bayi mereka tertidur.

Periset menemukan lebih dari 90 persen bayi berusia satu bulan memiliki barang-barang di permukaan tidur mereka. Hampir 20 persen bayi berusia tiga bulan tertidur menyamping dan tengkurap. Dan pada usia enam bulan, lebih dari 30 persen bayi tertidur menyamping atau tengkurap, dan lebih dari 90 persen memiliki barang-barang di tempat tidurnya.

(Baca juga : Bayi Boleh Tidur Sekamar dengan Orangtua, Asalkan Tahu Aturannya)

"Sebagian besar orang tua menempatkan bayi di lingkungan dengan faktor risiko yang ada untuk kematian bayi terkait tidur, termasuk memposisikan anak-anak di sisi tubuh atau perut mereka; permukaan tidur yang lembut; tempat tidur yang terlepas atau tempat tidur," tutur AAP dalam sebuah siaran pers.