Nakita.id - Dalam kehidupan sebenarnya, pelaku bullying tidak hanya ada di sekolah. Di rumah pun, banyak anak yang menerima penghinaan dan manipulasi perilaku dari orang tua mereka. Beberapa orang dewasa yang kurang edukasi memiliki gaya pengasuhan yang antagonis dan agresif, dan yang lainnya secara tidak sengaja menggertak anak mereka.
Namun, gaya pengasuhan yang seperti ini nyatanya akan mengikis harga diri anak dan berpotensi menciptakan masalah psikologis jangka panjang, termasuk depresi dan kecemasan.
(Baca juga : Tahukah Ibu : Pelaku Bullying Biasanya Punya Orangtua yang Kasar)
Kadang-kadang, anak-anak melakukan kesalahan dan harus menerima konsekuensi dari orang tua, dan terkadang orang tua juga bereaksi secara spontan terhadap perilaku anak yang tidak diinginkan.
Ini adalah respons alamiah. Orang tua yang menjadi pelaku bullying, di sisi lain, dengan sengaja mempermalukan anak-anak mereka untuk mengendalikan tindakan anak dengan secara teratur menggunakan taktik agresif.
Bentuk intimidasi orang tua yang paling dapat diidentifikasi adalah ketika seorang ibu atau ayah melakukan tindakan fisik dengan anak kecil. Sementara, tujuan dari hukuman itu mungkin untuk mengajarkan anak sebuah pelajaran dan supaya anak tidak mengulangi kesalahan yang sama.
(Baca juga : Perilaku Orangtua yang Kerap Ditiru Anak)
Namun yang perlu diingat, tindakan menindas yang dilakukan secara terus menerus akan mengganggu ikatan orangtua-anak. Selain itu, sulit bagi seorang anak untuk mencintai orang tua yang sering menyakitinya.
Tindakan ini juga dapat merusak emosi ketika orangtua yang agresif secara verbal terus-menerus berteriak, melecehkan dan mengkritik anak-anak mereka. Jenis bullying ini dapat berdampak negatif pada harga diri anak dan juga dapat menunda perkembangan sosial atau anak gagal memahami bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Bahkan, orang tua yang terlalu protektif juga dinyatakan bersalah karena perilaku mereka cukup mengganggu anak. Meskipun alasannya dapat diterima untuk melindungi anak dan mengatakan kepadanya "jangan lakukan sesuatu yang berbahaya," beberapa orang akan menggunakan pendekatan ini dengan lebih baik.
(Baca juga : Kisah Dua Remaja Korban Bully yang Sukses di Usia Muda)
Penggunaan pola asuh anak tidak secara terus-menerus berdasarkan usaha orangtua untuk mendikte setiap gerakan yang dilakukan seorang anak. Ini adalah pola asuh "wayang," yang bisa menyebabkan anak menjadi terlalu bergantung, terlalu takut atau sangat marah.