Nakita.id- Penelitian terbaru yang dilakukan oleh The University of Manchester, menemukan bahwa ada hubungan antara masalah tidur dengan pikiran untuk melakukan bunuh diri, serta perubahan perilaku pada seseorang.
Dalam penelitian yang dilakukan para peneliti dari University School of Health Sciences bersama dengan University of Oxford, mewawancarai 18 peserta tentang masalah tidur mereka terhadap kecenderungan bunuh diri, seperti yang dilansir dari Medicalnewstoday, Senin (29/8/2016).
Gangguan tidur seperti insomnia dan apnea tidur merupakan faktor risiko mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. Pada beberapa kasus, gangguan tidur mungkin menjadi faktor risiko independen timbulnya depresi.
Sejumlah kondisi medis lainnya mungkin disertai gejala yang mirip dengan gangguan suasana hati, termasuk: hipotiroid, Alzheimer, tumor otak, lupus eritematosus sistemik, dan efek samping dari sejumlah obat (seperti beta blocker dan steroid).
Baca juga: Kondisi Labil Jiwa Perlu Segera Dapat Pertolongan
Selain masalah tidur, stres kehidupan juga bisa memicu bunuh diri seperti kasus kakak beradik yang terjun dari lantai 5 apartemen Gateway di Bandung
Mereka berdua depresi karena kehilangan ibunya. Terbukti, sepeninggal sang ibu mereka berdua, sang adiknya masuk perawatan panti rehabilitasi di Bogor.
Ditinggal mati teman pun ternyata bisa membuat seseorang nekat melakukan bunuh diri. hal ini seperti kejadian lima hari lalu, vokalis band linkin Park Chester Bennington, nekat bunuh diri karena tidak tahan setelah ditinggal mati temannya yang menjadi sosok idolanya sejak lama.
Selain stres kehidupan karena ditinggal mati keluarga atau teman, kehilangan pekerjaan, atau isolasi sosial (seperti hidup sendiri) bisa meningkatkan risiko bunuh diri. Orang yang tidak pernah menikah berisiko lebih besar.
Baca juga: Perempuan Lebih Mudah Stres Tapi Kenapa Laki-Laki Yang Banyak Bunuh Diri Ini Kata Psikolog
Mengalami pelecehan seksual juga bisa menjadi pemicu. Sejumlah orang mungkin ingin bunuh diri untuk melarikan diri dari intimidasi atau tuduhan. Riwayat pelecehan seksual pada masa kecil dan dan saat menjadi anak asuh juga merupakan faktor risiko seseorang nekat bunuh diri.
Banyak lagi penyebab bunuh diri seperti masalah kesehatan fisik, mencakup: sakit kronis, cedera otak traumatis, kanker, mereka yang menjalani hemodialisis, HIV, lupus eritematosus sistemik.
Bahkan diagnosis kanker membuat risiko bunuh diri menjadi kira-kira dua kali lipat. Angka kejadian bunuh diri yang meningkat tetap tinggi setelah disesuaikan dengan penyakit depresi dan penyalahgunaan alkohol.