Bayi Bisa Mulai Tidur Sendiri di Usia Empat Bulan

By Dini Felicitas, Senin, 7 Agustus 2017 | 08:45 WIB
Bayi bisa mulai tidur sendiri di usia empat bulan. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Di Indonesia, orangtua biasa tidur sekamar, bahkan seranjang dengan anak. Setidaknya, sampai anak masuk SD. Hal ini tidak sepenuhnya salah karena bahkan American Academy of Pediatrics (APP) merekomendasikan agar orangtua tidur satu kamar dengan bayinya selama 6 bulan pertama sampai 1 tahun, tetapi di tempat tidur yang terpisah.

Keputusan ini menjadi solusi atas kasus-kasus sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS. Data dari Centers for Disease Control and Prevention pada 2015 memerkirakan, dari 3.700 kematian bayi di Amerika Serikat, 1.600 di antaranya disebabkan oleh SIDS. SIDS umumnya terjadi karena bayi tak bisa bernapas lantaran terbungkus selimut, atau kesulitan bernapas karena tengkurap, namun tidak bisa diketahui dengan cepat karena orangtua tidur di kamar lain. Maka, tidur sekamar dengan bayi (tetapi tidak seranjang) menjadi jalan keluarnya.

Namun sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Ian Paul dan timnya tidak setuju dengan hal ini. Menurutnya, waktu yang paling tepat untuk memindahkan bayi tidur di kamarnya sendiri adalah di usia empat bulan. Apa alasannya?

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics ini menganalisis data dari 230 keluarga yang memiliki bayi baru lahir. Setengah di antaranya didorong untuk mempertimbangkan agar bayinya dibiarkan tidur sendiri saat berusia tiga bulan, sedangkan sisanya diberi saran bagaimana cara mengurangi risiko SIDS. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki keamanan lingkungan bayi saat tidur.

Hasilnya, sebanyak setengah dari jumlah bayi yang dianalisis sudah tidur di kamarnya sendiri saat berusia 4 bulan dan memiliki waktu tidur selama 10,5 jam. Seperempatnya baru tidur secara mandiri di usia antara 4-9 bulan dan memiliki waktu tidur yang lebih sedikit, yaitu 10 jam. Sedangkan bayi yang tidur sendiri mulai umur sembilan bulan tidur dalam waktu 9,75 jam. Perbedaan waktu tidur yang cukup signifikan ini tentu merupakan kabar baik untuk para orangtua dan juga sang bayi.

Mengenai anjuran yang dikeluarkan oleh APP, Paul merasa hal tersebut sangatlah lemah. Dia berpendapat APP mengeluarkan anjuran itu semata-mata untuk menghindari semakin tingginya kasus SIDS, tanpa melihat data dari perspektif yang kuat dan tidak bias.

“Mendorong orangtua untuk tetap tidur bersama anaknya hingga berusia satu tahun mungkin terlihat menguntungkan, karena pada usia tersebut kecemasan orangtua terhadap keselamatan anaknya saat tidur telah memuncak dan akhirnya berkurang. Namun, ada faktor kesehatan yang dapat merugikan orangtua dan anak dalam keputusan ini. Usia satu tahun juga saat yang terburuk untuk melakukan perubahan, dilihat dari perspektif perkembangan anak,” jelas Paul.

Namun ternyata tidak semua ahli setuju dengan hasil studi yang dilakukan oleh Paul dan timnya ini. Salah satunya adalah Jodi Mindell, direktur asosiasi Sleep Center di Children's Hospital of Philadelphia.

"Kami ingin bayi dan orang tua tidur nyenyak karena kami tahu hal itu akan mempengaruhi keselamatan bayi, perkembangan bayi, dan kesejahteraan keluarga. Hal ini dilakukan untuk keseimbangan untuk memastikan bayi selamat, semua orang cukup tidur dan semua orang berkembang dengan tepat," pendapat Jodi.

Jadi, pilihan tetap ada di tangan orangtua dan yang paling terpenting adalah tidak merugikan bayi dan mengancam keselamatan serta perkembangannya.