Nakita.id - Ibu hamil yang didiagnosis dengan gangguan tidur umumnya cenderung melahirkan bayi prematur. Benarkah?
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 2.000 perempuan, para periset dari Universitas California, San Francisco menemukan, hampir 15 persen perempuan dengan insomnia atau sleep apnea mengalami persalinan prematur.
Sedangkan, perempuan tanpa gangguan tidur memiliki peluang 10 persen melahirkan bayi prematur. Kelahiran prematur ialah bayi yang lahir sebelum kehamilan ibu berusia 37 minggu.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan kelahiran prematur, termasuk gizi buruk atau tekanan darah tinggi, namun para peneliti tertarik untuk secara khusus mempelajari efek kurang tidur.
(Baca juga : Ini Rahasia Tidur Nyenyak yang Ibu Hamil Belum Tahu)
Semua perempuan yang didiagnosis dengan gangguan tidur selama kehamilan dibandingkan dengan perempuan tanpa diagnosis gangguan tidur, namun masing-masing memiliki faktor risiko yang identik terkait kelahiran prematur, seperti merokok selama kehamilan.
"Ini memberi kami kepercayaan diri bahwa temuan kami sebelumnya tentang persalinan perempuan dengan tidur yang tidak teratur benar-benar disebabkan oleh gangguan tidur, " kata penulis studi Jennifer Felder.
Temuan Jennifer dan rekan-rekannya juga mengungkapkan, kemungkinan melahirkan bayi sebelum 34 minggu kehamilan dua kali lipat lebih besar untuk ibu hamil yang insomnia, yang merupakan kelainan penyebab seseorang berulang kali sulit dan berhenti bernafas.
(Baca juga : 5 Penyebab Ibu Hamil Sulit Tidur)
Mereka yang menderita insomnia memiliki risiko lebih rendah melahirkan bayi sebelum usia kehamilan 34 minggu dengan kemungkinan hampir dua kali lipat.
Kurang tidur sering terjadi pada ibu hamil, kata Jennifer kepada New York Times. "Tapi, bagi perempuan yang memiliki masalah tidur yang parah, mengganggu, dan menyusahkan, penting untuk berbicara dengan dokter," tutupnya.
(Baca juga : Saat Hamil Susah Tidur, Bu. Hati-hati Risiko Penyakit Ini)