Nakita.id - Setiap orangtua memiliki pola asuh berbeda untuk anak-anak mereka. Hal ini pula yang dilakukan pasangan Tya Ariestya dan suaminya Irfan Ratinggang dalam mendidik anak laki-lakinya Kanaka.
Menurut akun Instagram pribadi Tya, ia memang sudah aktif mengajarkan segala aktivitas bermanfaat kepada puteranya tersebut, salah satunya ialah renang.
“Buat renang emang dari kecil Kanaka udah happy banget, mulai dari kolam kecil yang diisi air hangat kuku di usia Kanaka 3 bulan, terus lanjut kolam balon air dingin di usia Kanaka 4 bulan,” tulis dalam caption fotonya.
Baca juga : Berapa Kali Seminggu Sebaiknya Waktu Sekolah Anak Preschool
Tak sampai disitu, ternyata pasangan ini juga lebih sering membawa anaknya tersebut berenang di kolam renang, tepatnya ketika usia si kecil melewati 6 bulan. Karena Kanaka terlihat begitu menikmati permainan air ini, Tya memutuskan untuk memasukkan Kanaka ke sekolah renang.
Ternyata di sekolah renang ini tak hanya anaknya yang diajarkan teknik berenang, orangtuanya juga diberikan penjelasan rinci terkait teknik mengajak si kecil berenang dan tetap menjaga kenyamanan anak di air.
“Kanaka belajar buat nyebur, bahkan nyelem sekitar 1-2 detik Kanaka udah coba (harus diawasi yang berpengalaman ya).”
Baca juga : Riset: Bayi Prematur Mampu Berprestasi Baik di Sekolah
Tya mengaku sudah banyak netizen yang menanyakan, “Kenapa anaknya udah di sekolahin?”, “Di mana sekolahnya?”, “Ngapain aja di sekolahnya?”
Ia membagikan cerita bahwa sejak usia 11 bulan, Kanaka sudah disekolahkan. Padahal menurutnya, anak yang sudah berusia di atas 6 bulan pun kini sudah bisa sekolah.
“Aku dan suami aku mikirnya kita ingin sekolahin Kanaka supaya ayah bundanya bisa dapat ilmu tambahan untuk stimulasi Kanaka, terus supaya Kanaka juga bisa terus bersosialisasi dengan bayi-bayi seumur dia,” ungkap Tya.
Baca juga : Anak yang Terlalu Cepat Sekolah Lebih Sering Bosan Belajar
Dalam beberapa bulan ini, Kanaka sekolah di Cikal Cilandak dengan pertimbangan merasa cocok dengan metode pembelajarannya. Ia mengungkapkan bahwa hal ini dirasakan setelah ia mencoba trial dan lokasinya dekat dengan tempat tinggalnya.
“Apa perbedaan yang aku rasain? Kanaka lebih bisa sharing (di sekolah dibiasain untuk berbagi, enggak serakah mainan, Kanaka semakin happy main sama teman sebaya dan enggak kasar (main colok atau main geprak), dan yang paling penting kita dibantu untuk terus stimulasi si anak (tetep di rumah harus dibantu stimulasi terus yah)
“Adapula pertunjukkan di depan panggung khusus kelas bayi yang ditonton banyak kakak-kakak kelas dan orangtua murid. Nah, ini adalah salah satu cara supaya Kanaka nanti terbiasa berada di depan orang banyak,” tutur Tya.
Jadi, ada yang ingin meniru Mama Tya? (*)