Heboh Guru Jagoan! Memukul Murid Membabi Buta di Kelas

By je, Senin, 6 November 2017 | 09:30 WIB
Guru pukul anak di kelas (je)

nakita.id - Tugas seorang guru adalah mendidik. Karenanya, ada yang mengatakan guru itu harus bisa digugu dan ditiru. Tapi hal itu tidak tampak pada tayangan video yang sedang viral di media sosial hari ini (6/11). Karena dalam tayangan video tersebut terlihat dengan jelas seorang yang disinyalir guru memukul berkali-kali seorang murid yang duduk di bangku baris pertama.

Viralnya video guru memukuli murid yang berdurasi 36 detik itu langsung ditanggapi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Seperti dilansir Tempo.co (6/11), Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty mengatakan, kejadian tersebut langsung mendapat tanggapan serius lembaganya. Menurut Sitti, saat ini pihaknya tengah bekerja sama dengan kepolisian, Tim Reaksi Cepat Kementerian Sosial RI serta Direktorat Tindak Pidana Siber Markas Besar Kepolisian RI untuk mencari tahu sekolah, guru, serta murid terkait.

Di mana pun tempat kejadian itu berada, menurut Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi.,Psi., dari Psikologi Anak dan Remaja Jakarta Eye Center Kedoya, Jakarta, saat diwawancara oleh nakita.id, sosok guru diharapkan bisa memberikan panutan dalam bertindak, termasuk mengontrol emosi. “Ketika ada guru melakukan tindakan seperti di video, tentu saja hal itu menyampaikan pesan yang salah dan berdampak negatif untuk murid yang menjadi korban atau bystander  (penonton/murid lainnya yang melihat kejadian di kelas).” Dampaknya, lanjut psikolog yang kerap disapa Arie ini, bisa menimbulkan trauma bagi korban dan tidak menutup kemungkinan juga bagi murid lain di lokasi kejadian.

Tak hanya itu, karena video ini viral dan bisa jadi banyak juga anak sekolah yang melihat video ini, menurut Arie, dampak lainnya yang bisa timbul adalah rasa cemas hingga takut dalam diri anak-anak sekolah yang menonton video tersebut. Walaupun intensitasnya bisa jadi tidak sebesar orang yang mengalaminya langsung.

Selain itu, anak-anak sekolah yang menonton video tersebut via sosmed, bisa saja mempunyai persepsi negatif mengenai profesi guru, seperti, respons negatif. Contoh, memberikan komentar negatif, hingga mempertanyakan kredibilitas guru di Indonesia. “Bahkan bisa saja ada yang memersepsikan bahwa perilaku di video bisa dijadikan contoh berperilaku terhadap orang lain atau bahkan membalas perilaku guru tersebut.” Hal ini intinya, jelas Arie, jika tidak segera diselesaikan dengan baik, bisa menjadi masalah yang lebih besar lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan dari sekian banyak murid yang melihat video ini, akan bermunculan rasa empati kepada korban, sehingga muncul respons memberikan dukungan untuk korban agar cepat pulih.

Dalam kesempatan ini Arie berpesan, ke depannya harus dikaji ulang tentang meningkatkan kualitas pengajar di sekolah-sekolah. Pun setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh sehingga diketahui permasalahan yang sebenarnya, “Lakukan kerja sama antara pihak sekolah-pembina sekolah dan lembaga terkait untuk memberikan aturan tegas dan penyuluhan kepada murid serta guru tentang dampak kekerasan pada murid.” Ingat, lanjut Arie menambahkan, memberikan konseling bagi korban dan juga pelaku penting dilakukan agar tidak terdapat dampak negatif lanjutan.