Nakita.id - Hanya karena Ibu pernah mengalami persalinan sesar di masa lalu, bukan berarti persalinan normal yang spontan tidak bisa terjadi di kemudian hari.
Sekitar 3 sampai 4 dari 5 perempuan yang telah melahirkan melalui persalinan sesar dapat melahirkan melalui persalinan per vaginam (normal) dengan baik.
Mengapa beberapa ibu lebih menyukai persalinan normal? Satu pertimbangan besarnya yakni periode pemulihan yang lebih singkat. Beberapa juga ingin lebih partisipatif dalam proses persalinannya dan merasa lebih terikat dengan bayinya. Ditambah, persalinan normal lebih terjangkau dari segi biaya dan kurang berisiko dibandingkan operasi sesar.
Namun demikian, penting untuk dicatat, bahwa risiko komplikasi cenderung meningkat di setiap sesi operasi sesar.
Baca juga : Kebiasaan Saat Hamil Ini Dapat Membantu Ibu Melahirkan Secara Normal
Untuk menentukan apakah kelahiran normal setelah kelahiran sesar atau VBAC (Vaginal Birth After C-Section) adalah pilihan yang tepat, pastikan Ibu memenuhi kriteria berikut:
- Tidak memiliki lebih dari dua persalinan transversal yang melintang rendah - Tidak boleh memiliki bekas luka di rahim selama persalinan di masa lalu. - Tidak boleh memiliki riwayat anomali rahim atau ruptur.
Sementara, dokter dan staf medis juga harus siap memantau secara ketat VBAC Ibu, dan bersiap untuk melakukan bedah darurat, jika diperlukan.
Berikut adalah hal yang perlu dipertimbangkan jika Ibu tidak yakin apakah VBAC adalah pilihan tepat untuk persalinan berikutnya:
Baca juga : 7 Tip Agar Ibu Mudah Melahirkan Normal
- Ibu tidak lagi memiliki kondisi yang mendorong operasi sesar di masa lalu, seperti cephalopelvic disproportion (diagnosa medis ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu). - Riwayat kesehatan bebas dari masalah serius. - Presentasi bayi di dalam rahim ialah kepala ke bawah - Ukuran bayi normal berdasarkan usia kehamilan
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengklaim bahwa VBAC lebih aman daripada operasi sesar berulang. Tapi, terkadang hal itu disertai dengan serangkaian risiko dan kemungkinan komplikasi yang bisa saja terjadi, di mana kekhawatiran terbesarnya adalah risiko ruptur uterus.
Kondisi ini terjadi pada sekitar 1 dari 500 perempuan yang melahirkan secara normal, terutama bagi mereka yang persalinannya harus diinduksi.