Masih Percaya Micin Bisa Membuat Bodoh dan Tidak Baik Bagi Kesehatan?

By je, Selasa, 14 November 2017 | 21:45 WIB
Makanan berbahaya untuk anak yang mengancam tumbuh kembangnya (Santi Hartono)

Nakita.id - Micin alias monosodium glutamat (MSG) adalah penambah rasa yang biasa ditambahkan ke dalam makanan. Micin ditemukan lebih dari 100 tahun lalu oleh seorang ahli kimia Jepang bernama Kikunae Ikeda. Awal ditemukannya MSG, bahannya diambil dari rumput laut. Menurut Food and Drug Administration (FDA), saat ini MSG dibuat dengan memfermentasi pati gula, tebu, atau tetes tebu.

Mengenai MSG sendiri, FDA telah menerima banyak laporan anekdot perihal reaksi buruk makanan yang mengandung MSG. , seperti: sakit kepala, berkeringat, sesak, mati rasa, kesemutan atau terbakar di wajah, leher, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual, dan masih banyak lagi.   tidak ada yang bisa menemukan bukti pasti adanya hubungan antara MSG dan gejala-gejala tersebut. reaksi jangka pendek gara-gara MSG, tetapi ejalanya biasanya ringan dan tidak memerlukan pengobatan.

alergi dan ahli imunologi, Katharine Woessner dari Grup Medis Klinik Scripps, yang melakukan penelitian tentang efek MSG, ada banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai MSG. Banyak ilmuwan sepakat, anggapan MSG menyebabkan penyakit pada manusia tidak berdasar. Hal senada diungkapkan Ken Lee, Profesor dan Direktur Inovasi Makanan di The Ohio State University. Menurutnya, tidak benar MSG beracun atau penyebab alergi makanan. MSG adalah singkatan dari monosodium glutamat, tambahnya. Jadi, isinya adalah natrium, banyak terdapat pada garam meja. Sementara glutamat, komponen dasar MSG, adalah sinonim untuk asam glutamat. Ini adalah asam amino alami. Penting diketahui, sebagian besar makhluk hidup di bumi mengandung glutamat dan glutmat banyak terdapat dalam bahan makanan, termasuk tomat, kenari, keju parmesan, kacang polong, jamur, dan kecap. Rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 13 g glutamat setiap hari dari protein dalam makanan. Padahal menurut FDA, MSG hanya menyumbang 0,55 g glutamat.

-an, ketika The New England Journal of Medicine menerbitkan sebuah surat dari dokter di Maryland, Robert Ho Man Kwok, yang menulis bahwa ia mengalami gejala mirip dengan reaksi alergi setiap kali mengonsumsi makanan dari restoran Cina. Dia pun mempertanyakan penyebabnya, apakah hal itu karena anggur yang diminumnya, rempah-rempah dalam makanan, atau MSG?

yang merujuk pada kumpulan gejala sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS) mendorong orang lain untuk menulis ke jurnal dengan pengalaman mereka sendiri yang juga merasakan pusing setelah mengonsumsi makanan Cina.

surat Kwok booming, seorang ahli saraf bernama John Olney menerbitkan sebuah studi tentang aditif in science. aditif (MSG) langsung ke tikus putih laboratorium. Hasilnya, ditemukan sejumlah masalah neurologis pada subjeknya, termasuk lesi otak atau perkembangan yang terganggu. Olney banyak dipertanyakan dan disangsikan, karena Olney memilih untuk menyuntikkan tikus dengan MSG di bawah kulit, sedangkan satu-satunya cara manusia mengonsumsi MSG adalah dengan memakannya. Hal ini, menurut John Fernstrom, Profesor Psikiatri, Farmakologi, dan Biologi Kimia di University of Pittsburgh School of Medicine, tidak benar, apalagi glutamat sebagian besar

Olney menyuntikkan MSG ke subjek tikusnya dengan dosis untuk kuda, jauh lebih tinggi daripada yang dikonsumsi manusia. pa pun yang dikonsumsi secara berlebihan tidak baik, karena  semua yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menjadi racun, termasuk MSG. teori MSG is bad for you. menguji 71 subjek untuk reaksi terhadap MSG sehubungan dengan CRS menyimpulkan bukti ilmiah ketat dan realistis yang menghubungkan sindrom ini dengan MSG tidak dapat ditemukan.

Nah, masih percaya MSG berbahaya?