Belajar Sabar

By Ipoel , Jumat, 5 April 2013 | 07:00 WIB

Ibu Mayke yang baik, putri saya berusia 5 tahun. Ia tergolong anak yang tak sabaran. Misalnya, bila ia membuat suatu kreasi seperti pasel, bila hasilnya tak sesuai yang ia harapkan atau tak berhasil merampungkannya, ia marah-marah. Terus ia berkata,”Kenapa aku enggak bisa?” sambil melempar mainannya tersebut. Selain susah bersikap sabar, ia juga cenderung malas melakukan kegiatan. Ia selalu minta saya untuk membantunya. Oh ya, setiap meminta sesuatu dia pasti teriak dan marah, kalau tidak cepat dilayani. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana menghadapi anak yang tak sabaran dan malas seperti ini? Bagaimana caranya agar ia bisa sabar dan tekun? Apa kiat yang harus dilakukan agar ia menjadi anak yang pantang menyerah dan tangguh di kemudian hari? Terima kasih atas penjelasan Ibu Mayke. Siti Nurjanah – Majalengka

Jawab:

Ibu Siti, saya ambil beberapa situasi yang terjadi dalam interaksi Ibu dengan sang putri. Emosi marah dan perilaku marah-marah pada anak, muncul bila hasil kerjanya tidak sesuai dengan yang dia inginkan, dan keinginannya tidak segera dipenuhi. Selain itu, anak cenderung mudah menyerah dan meminta bantuan Ibu.

Berdasarkan uraian di atas, muncul pertanyaan, bagaimana reaksi lingkungan ketika anak mengalami kesulitan atau ketika gagal melakukan sesuatu, entah pada waktu dia bermain atau mengerjakan tugas yang diberikan. Apakah lingkungan cenderung memberikan komentar negatif pada dia, sering membantu tanpa memberikan dukungan pada dia untuk mencoba mengatasi kesulitan yang dihadapi? Asumsi saya, anak ini pernah menerima kritik negatif sehingga dia merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu dan menjadi marah pada diri sendiri (“Kenapa aku enggak bisa?”, sambil melempar mainannya). Selain itu, kalau anak terlampau banyak dibantu, biasanya jadi mudah menyerah, menggantungkan diri pada bantuan orang lain, kurang mempunyai motivasi untuk meraih hasil terbaik.

Sebagai solusi, maka lingkungan perlu mengubah pola reaksi terhadap anak, ketika dia gagal mengerjakan sesuatu atau menyerah waktu menghadapi kesulitan. Yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan ketika dia marah pada dirinya karena gagal, katakan saja, “Ya, hasilnya tidak sesuai dengan yang Adik mau, tapi Adik bisa coba lagi dengan cara lain” ( Ibu turun tangan, bersama-sama dengan anak mencoba merampungkan tugasnya). Ketika anak menyatakan “Kenapa aku enggak bisa?”, perlu ditanggapi dengan menyatakan, ”Sebenarnya kamu bisa, ayo sama-sama kita buat lagi.”

Kalau anak mengalami kesulitan dan menyerah, segera tanggapi dan berikan dukungan. Jangan segera menolongnya mengerjakan tugas tersebut, tetapi biarkan dia mencoba dulu untuk mengerjakannya sendiri. Bantuan hanya diberikan seperlunya saja dan berikan dorongan bahwa dia mampu mengatasi kesulitannya. Misalnya dengan mengatakan, “Memang terasa susah, tapi coba lagi, ini tinggal sedikit lagi, sudah selesai tugasnya”.