Anak Penakut

By Ipoel , Selasa, 5 Februari 2013 | 08:00 WIB

Salam Ibu Mayke.  Anak pertama saya, Rendy (7) saat kecil tidak pernah merasa takut. Menonton film horor di teve pun dia berani. Saya tidak pernah menanamkan rasa takut pada Rendy. Namun, ketika usianya 3,5 tahun, ia pernah melihat mimik papanya yang ketakutan ketika sedang menonton film horor sambil bilang,”Hii…!” Hal itu membuat Rendy menjadi penakut hingga sekarang. Kalau ke mana-mana pasti minta diantar. Saya menyayangkan sikap suami ketika menonton film horor itu. Bagaimana cara saya memberi motivasi pada anak agar tidak menjadi penakut? Saya khawatir sikap penakut terbawa sampai ia besar. Padahal ia kan, laki-laki.

Oh ya, waktu kecil, saya ajari ia menjaga kebersihan. Kalau lagi makan ada kotoran yang menempel di bibir atau pipi langsung saya usap/lap pakai tisu. Masalahnya, setelah ia bisa makan sendiri, sebentar-sebentar ia cuci mulut. Padahal belum selesai makan. Apakah karena risih atau takut kotor? Saya sudah memberi pengertian pada Rendy, boleh cuci tangan setelah selesai makan. Mohon solusi dari Ibu. Terima kasih.Nani Rusmawati – Semarang

Jawab:

Perasaan takut pada Rendy boleh jadi karena ada role model, melihat ayah yang ketakutan pada film horor, namun anak-anak seusianya mudah cemas ketika terpapar pada peristiwa yang menakutkan. Rasa ketakutan wajar muncul mengingat anak usia balita belum memahami apa yang sebenarnya terjadi, bahwa film yang ditonton hanya buatan manusia. Sebenarnya sangat tabu bagi anak seusia Rendy menonton film horor, film kekerasan, ataupun yang bernuansa seks. Dampak yang muncul bisa berupa rasa takut yang tinggi, meniru apa yang dilakukan para aktor di film.

Untuk mengatasi rasa takutnya, sebaiknya Rendy tidak sampai melihat film atau mendengar cerita-cerita horor, ditakut-takuti dalam rangka mengancam anak agar mau mematuhi perintah orang dewasa. Apabila dia ketakutan, misalnya ketika berada di kamarnya sendirian, temani saja dan tidak usah memberitahu dia secara berulang-ulang bahwa dia tidak usah takut. Rasa takut sudah ada di dalam benaknya dan saat ini dia tidak bisa menghilangkan rasa takut tersebut, sebab yang berkembang adalah imajinasinya. Dengan bertambahnya usia Rendy, maka lambat laun dia bisa memahami, tidak ada yang harus ditakuti. Ibu atau ayahnya bisa menyatakan bahwa yang dia takuti ternyata tidak terjadi.

Mengenai kebiasaan mencuci mulut sebelum selesai makan, pada Rendy bisa saja terjadi karena saat dia kecil, ibu sering mengelap mulutnya ketika  dia sedang makan. Sekarang dia merasa risi kalau ada kotoran di sekitar mulutnya. Yang bisa Ibu lakukan adalah mengajari Rendy untuk mengelap mulut dengan tisu, kalau memang ada kotoran di sekitar mulut, mencegah Rendy pergi mencuci mulutnya sebelum selesai makan. Dengan cara ini, Ibu mencoba mengondisikan kembali agar Rendy tidak sebentar-sebentar mencuci mulutnya. Ibu perlu mengamati perkembangan Rendy selanjutnya dan melakukan konsultasi dengan psikolog anak apabila Rendy mempunyai kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, misalnya sulit menghentikan kebiasaan mencuci mulut.