Suka Memukul Adik

By Ipoel , Senin, 29 Oktober 2012 | 19:00 WIB

Salam hangat dari kami sekeluarga, Bu Mayke. Saya ibu dari 2 orang putra, Nafas (15 bulan) dan Langit (2 bulan). Nafas adalah anak yang kesundulan. Waktu Langit lahir, usia Nafas baru 13 bulan. Awal-awal Langit berada di rumah, Nafas pintar sekali, seperti sayang sama adiknya. Setiap dia lihat adiknya, selalu dihampiri untuk dicium, padahal tidak ada yang pernah mengajarinya. Namun belakangan Nafas berubah, setiap melihat adiknya langsung dipukul di bagian kepala/wajah. Kami tidak pernah membentak Nafas jika dia memukul adiknya, hanya berkata tegas untuk tidak memukul adiknya.

Setiap Nafas mendekati adiknya, kami selalu bilang untuk mencium adiknya dan jangan dipukul. Nafas memang mencium adiknya tapi selalu diakhiri dengan pukulan sehingga kami selalu waspada untuk memegang tangannya. Kadang pada saat di kasur bersama-sama, Nafas kelihatan sayang sama adiknya, tangan adiknya dipegang dan diusap-usap kepalanya, tapi selalu diakhiri dengan pukulan juga.

Dari dulu saya tidak pernah bosan untuk selalu mengatakan pada Nafas, pada saat menggendong/berdua, bahwa kami tetap sayang dan cinta sama Nafas walau ada Langit. Kami katakan, ”Adik jangan dipukul ya. Ayah sama Mama sayang kalian semua.” Saya bingung harus bagaimana lagi? Kami sudah mengatakan bahwa tetap menyayanginya, pun sudah dicoba mengalihkan perhatiannya. Kami memang tidak pernah memarahi Nafas atau memukul tangannya pada saat dia memukul adiknya. Saya takut Nafas akan lebih benci pada adiknya karena mengira kami pilih kasih. Tapi sikap Nafas tetap tidak bisa didiamkan. Jika tangannya dipegang untuk menahan dia memukul adiknya, Nafas malah nangis. Pokoknya dia cuma ingin memukul adiknya, meski cuma sekali. Tolong Bu  Mayke, apalagi yang harus saya lakukan supaya ini tidak berlanjut di kemudian hari. Terima kasih atas solusinya Bu.Petty – Surabaya

Jawab:

Salam hangat dari saya untuk Bu Petty dan keluarga, nama kedua anak ini sangat unik, “Nafas dan Langit”. Jarak usia Nafas dengan Langit begitu dekat, dan usia Nafas baru 15 bulan, tidak heran apabila Nafas belum mengerti bahwa adiknya bukan benda yang bisa dia perlakukan seenaknya (disayang lalu dipukul). Faktor lain yang berperan adalah tanpa disadari kedua orangtuanya malahan mengingatkan Nafas untuk memukul adiknya. Coba saja perhatikan pernyataan yang saya kutip dari surat Bu Petty, “Setiap Nafas mendekati adiknya, kami selalu bilang untuk mencium adiknya dan jangan dipukul”; “Nafas memang mencium adiknya tapi selalu diakhiri dengan pukulan.” Kemudian kedua orangtua sering kali menyatakan bahwa mereka mencintai Nafas, ”Adik jangan dipukul ya, Ayah sama Mama sayang kalian semua.”

Pernyataan pernyataan semacam ini tidak juga membuat Nafas menghentikan perbuatannya memukuli adik. Mengapa demikian?  Sebab untuk anak-anak, yang lebih utama dan bisa mereka tangkap adalah persepsi terhadap perlakuan orangtuanya. Sejauh mana orangtua memang benar-benar menyayangi anaknya.

Apa yang perlu Bu Petty lakukan? Mudah saja, menghindari pernyataan pernyataan yang malah memancing anak untuk melakukan apa yang dilarang orangtuanya. Buktikan pada anak bahwa kedua orangtua menyayanginya, tidak usah mengulang-ulang pernyataan bahwa Anda menyayangi dia. “Bukti, bukan janji,” adalah ungkapan yang tepat. Bukti ini dapat Anda praktikkan dengan mengajaknya bercanda, bercerita, mengajak jalan-jalan di sekitar rumah, membiarkan dia duduk di samping ibunya ketika ibu sedang menyusui adik, segera menanggapi anak ketika dia merasa bosan sendirian, meminta anak menunggu sampai ibu selesai menggantikan popok adik ketika dia meminta ibunya menemani bermain.

Untuk contoh terakhir, anak perlu diberi patokan yang jelas, kapan dia akan mendapat giliran untuk ditemani, jangan sampai mengatakan, “tunggu sebentar” sebab “sebentar” bagi ibu, bisa jadi dirasakan sebagai “seribu bentar” untuk anak yang harus menunggu. Ketika anak sudah mampu melihat jarum jam, bisa menggunakan posisi jarum jam sebagai patokan waktu berapa lama seorang anak harus menunggu. Sekian dulu Ibu Petty, saya berharap Ibu lebih paham untuk menangani Nafas dan bisa membimbing kedua anak ini sesuai dengan karakteristik mereka. Selamat berusaha.