Ini Cara Tepat Berkomunikasi dengan Anak

By Ipoel , Selasa, 24 Juni 2014 | 10:45 WIB

TabloidNakita.com- Berkomunikasi dengan anak memerlukan teknik tersendiri. Salah satu faktor yang penting diperhatikan saat berkomunikasi dengan anak adalah kematangan berpikir anak. Kemampuan berkomunikasi  dan berpikir ini sejalan dengan meningkatnya usia. Menurut Jean Piaget, tokoh psikologi perkembangan, kemampuan berpikir anak balita berada dalam tahap berpikir praoperasional. Maksudnya, dalam memahami sesuatu anak masih berpikir konkret atau belum dapat berpikir secara abstrak. Kemampuan berbahasanya pun masih terbatas. Artinya, berkomunikasi dengan anak harus menunjukkan objek konkret.

KIAT BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

        Agar terjalin komunikasi efektif antara orangtua dan anak balita, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi, yaitu:

Orang dewasa saja terkadang bingung jika mendengar pembicaran yang panjang lebar, apalagi anak. Lantaran itu, saat berkomunikasi gunakan bahasa yang to the point sehingga maksud orangtua dapat lebih mudah dipahami. Contoh, "Dek, buang kertasnya di keranjang sampah, ya."

Berkomunikasi dengan anak sekonkret mungkin. Anak balita tak akan paham bila orangtua berkata, misal, "Kamu tidak boleh egois terhadap teman." Ini karena kemampuan kognitifnya berada dalam tahap praoperasional. Lebih baik katakan, "Sayang, bagi kuenya dong ke Rara. Kan, enak kalau makan sama-sama."

Berkomunikasi tepat sesuai kondisi saat itu. Sering orangtua meramalkan suatu kejadian yang belum terjadi atau sesuatu yang tidak nyata mengenai anaknya. "Adek jangan panjat-panjat pohon itu nanti kalau jatuh kaki Adek bisa patah, lalu Adek dibawa ke dokter terus dioperasi." Sebaiknya katakan saja, "Hati-hati, ya kalau memanjat pohon itu."

Sebelum berkomunikasi, lihat bahasa tubuh anak. Sering kali pada anak yang lebih kecil, bahasa tubuh orangtua yang bersifat nonverbal bisa mengomunikasikan sesuatu karena kemampuan bahasanya memang masih terbatas. Umpama, si kecil yang berusia 2 tahun tampak diam di suatu pojokan dan wajahnya menegang. Orangtua hendaknya memancing anak untuk bicara, "Kenapa Dek, kamu pup, ya?"

Saat berkomunikasi dengan anak, perhatikan intonasi dan nada suara Anda. Intonasi yang tidak jelas dengan nada terburu-buru bisa membuat anak jadi tidak ngeh dengan apa yang dibicarakan.