Kejadian Luar Biasa, Balita di 19 Provinsi Terkena Infeksi Difteri.

By Fadhila Afifah, Senin, 4 Desember 2017 | 14:56 WIB
Program imunisasi di puskesmas (Kompas.com) ()

Nakita.id - Ini bukan berita yang baik, ya Moms, tapi setidaknya membuat kita waspada. Bagaimana tidak, sejak Januari 2017 hingga sekarang ada 450 kasus infeksi difteri di Indonesia dengan penderita terbanyak pada usia 5-9 tahun.  

Dikutip dari harian Kompas (04/12/2017), menurut Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan, Mohamad Subuh, 19 provinsi melaporkan adanya dugaan kejadian luar biasa (KLB) difteri, diantaranya Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa BArat, dan Sumatera Barat.

Tentu kejadian ini tak bisa disepelekan oleh para orangtua. Terlebih infeksi ini lebih banyak menyerang balita daripada orang dewasa. Untuk itu Moms perlu tahu tentang bahaya penyakit ini dan apa yang harus dilakukan agar si kecil tidak terjangkit.

Difteri ialah penyakit infeksi yang menyerang membran mukosa tenggorokan  dan hidung disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae. infeksi itu menyebabkan terbentuk selaput tebal di tenggorokan yang menghalangi saluran napas. Akibatnya, pasien kesulitan bernapas hingga meninggal.

Baca juga: Mengenal Difteri Pada Anak

Selain itu, difteri menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak dan lemas. Gejala lainnya, suara serak, nyeri saat menelan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, sulit benapas atau napas cepat.

Pada tahap lanjut, difteri dapat menyebabkan kerusakan jantung, ginjal dan sistem saraf.

Baca juga: 6 Cara Supaya Bayi Tidak Kesakitan Saat Imunisasi

Penularan difteri bisa melalui bersin, kontaminasi barang pribadi, barang yang dapat dipakai bersama seperti handuk atau mainan, menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi difteri. 

Hal yang perlu Moms lakukan untuk menghindari infeksi, dianjurkan bila memiliki  bayi atau balita segera melakukan imunisasi secara lengkap. 

Sebabnya, diketahui pula sekitar 60% pasien yang terkena difteri setahun terakhir ternyata tidak pernah diimunisasi. Pada beberapa daerah, hal persentase ini dilatar belakangi adanya gerakan antivaksin di beberapa provinsi. 

Menurut Subuh, faktor imunisasi ini penting sebagai pencegahan terjangkitnya bakteri. Beberapa penyebab lainnya ialah, pertama anak tidak mendapat imunisai sama sekali, kedua imunisasi didapat tidak lengkap, dan ketiga imunisasi sudah lengkap tapi tidak optimal.