Nakita.id - Berkat kemajuan perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di rumah sakit, angka kematian bayi prematur bisa ditekan di Indonesia. Di sisi lain, angka kejadian Retinopati Prematuritas (ROP) semakin meningkat seiring meningkatnya angka harapan hidup bayi lahir prematur.
Retinopati Prematuritas (ROP) adalah gangguan pada mata yang mengakibatkan pertumbuhan pembuluh darah selaput jala (retina) tidak sempurna. Nah, bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 g atau lahir di usia kehamilan kurang dari 32 minggu alias bayi prematur, berisiko mengalami ROP.
Jika ROP yang dialami bayi masih dalam tahap ringan akan mengalami perbaikan secara spontan. Namun pada kondisi ROP berat dapat menyebabkan lepasnya retina si bayi, sehingga bayi akan mengalami kebutaan permanen. Pun tidak menutup kemungkinan bayi mengalami gangguan kognitif dan pendengaran.
Baca juga: 6 Alasan Mengejutkan Timbulnya Lingkaran Hitam di Bawah Mata
Walau dampak ROP menyeramkan, apabila ROP bisa terdeteksi sedini mungkin, maka bayi-bayi prematur akan selamat dari dampak buruk ROP. “Maka dari itu, semua bayi prematur tanpa kecuali harus menjalani skirining dini ROP, jika tidak ingin mengalami dampak negatif ROP di kemudian hari," ujar pakar kesehatan mata anak Prof. dr. Rita Sita Sitorus, SpM (K), PhD,
ROP yang tidak tertanggulangi sejak dini, tambah Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo), bukan hanya akan menyiksa anak, tetapi juga keluarga dan negara. Pasalnya, biaya yang dibutuhkan untuknya hingga dewasa jauh lebih besar daripada orang buta dewasa.
Menurut Prof. Rita, ROP bukan gangguan langka pada mata, juga bukan hal baru di dunia kedokteran mata. Hanya saja di Indonesia banyak yang belum paham bagaimana mendeteksinya. Buktinya, pasien ROP yang dirujuk ke RSCM, 60%-nya adalah stadium lanjut.
Adapun penanganan ROP yang dianjurkan adalah laser. Selain laser, ada juga cryotherapy, tetapi cryotherapy tidak lagi rutin digunakan pada ablasio retina bayi prematur, karena berefek samping inflamasi dan lid swelling. Cara lainnya adalah Scleral buckling dan/atau bedah vitrectomy. Tapi cara ini biasanya digunakan untuk menangani kasus ROP berat, stadium 4--5.
Baca juga: 5 Jenis Infeksi Mata pada Bayi Serta Cara Mengatasinya
Cara Deteksi Dini ROP
Bayi prematur yang mengalami ROP tidak akan terdeteksi dengan mata telanjang. Adapun cara deteksi dini ROP dengan melakukan skrining menggunakan alat oftalmoskop indirek.
Klasifikasi ROP ditetapkan oleh International Classification of Retinopathy of Prematurity (ICROP). Sistem ini menggunakan beberapa parameter untuk mendeskripsikan ROP, yaitu lokasi dari penyakit (zona 1, 2, dan 3), perluasan melingkar dari penyakit (jam 1--12), keparahan penyakit (stadium 1--5), serta ada tidaknya “plus disease”.
Baca juga: Mata Minus Apakah Bisa Sembuh dengan Wortel?
Oleh karena alat oftalmoskop indirek sangat mahal, maka tidak semua fasilitas kesehatan memilikinya. Untungnya di Jakarta ada program yang bernama Jak-ROP, sebuah program skrining mobile ROP dengan oftalmoskop indirek. Program yang di-launching 17 November 2017 di RSCM ini, setiap hari akan berkeliling ke setiap rumah sakit umum daerah yang ada di Jakarta untuk melakukan skrining ROP pada bayi-bayi prematur.